Penggunaan internet di kalangan pelajar tidak terbendung lagi dengan kemudahan layanan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat. Untuk menghindarkan para pelajar dari penyalahgunaan internet, sekolah dan keluarga dapat jadi pengontrol yang sehat dalam penggunaan internet.
Anak-anak bisa positif dalam penggunaan internet jika keluarga tidak gagap teknologi alias gaptek. "Bukan berarti di rumah harus tersedia fasilitas internet, tetapi setidaknya orang tua mau belajar soal internet dan bisa berdiskusi secara terbuka dengan anak. Jadi bukan dengan larangan-larangan," kata Sri Sediyaningsih, dosen Universitas Terbuka (UT), dalam seminar bertajuk Dampak Penggunaan Teknologi Informasi pada Pembentukan Identitas yang digelar dalam rangka wisuda mahasiswa UT di Tangerang, Senin (5/4/2010).
Sri mengatakan, dari penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah remaja, penggunaan internet di kalangan remaja bisa mencapai 30 jam per minggu. Kebanyakan membuka situs jejaring sosial, terutama untuk berkomunikasi atau chatting dari orang yang sudah dikenal, kenal biasa, dan baru dikenal.
Menurut Sri, dalam perkembangan lingkungan yang tidak bisa jauh dari pengaruh teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan budi pekerti pada diri anak semakin penting. Anak-anak mesti dibekali dengan konsep diri yang baik sehingga mereka dapat menentukan pilihan yang baik, termasuk dalam pemanfaatan internet.
Guru di sekolah dan keluarga di rumah, mesti bisa jadi teladan. Sebagai contoh, mereka mesti bisa berbicara secara terbuka tentang apa yang bisa didapat dari internet. Jangan justru menaruh curiga terus jika anak membuka internet. "Untuk itu harus ada keinginan dari guru dan orang tua untuk memahami soal internet dan bagaimana anak memanfaatkannya," kata Sri.
Ahmad M Ramli, Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementrian Hukum dan HAM, mengatakan, dalam membahas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, bukan cuma soal teknologinya. Tetapi juga dengan pendekatan hukum dan sosial budaya.
Menurut Ahmad, yang paling penting untuk mengontrol perilaku anak adalah keluarga. Jika anak mengakses internet di warnet, bisa kerjasama dengan lingkungan untuk mengawasi supaya warnet itu tidak menyediakan ruang tertutup, kata Ahmad.
***
sumber: edukasi.kompas.com
0 comments:
Posting Komentar