Senin, 15 Desember 2008


Karena tidak ada kegiatan lagi, sambil menunggu jadwal keberangkatan kereta api ke Jakarta, siang itu sekitar jam satu, aku sempatkan mampir ke warnet dekat rumah. Biasalah, untuk mengecek email kantor, siapa tau ada pekerjaan ringan yang bisa dikerjakan saat itu juga.


Begitu masuk warnet berisi 12 komputer tersebut, sekitar 7 kursi sudah terisi. Saat menuju tempat paling ujung – ini tempat favoritku setiap ke warnet ini – aku melewati salah satu komputer yang berisi 3 remaja tanggung. Aku sempatkan menghampiri dan sambil bercanda aku berujar, “Laopo rek, ojok mbukak situs jorok ae!”


Dengan cengingisan mereka menjawab kompak, “Tenang Om, iki lagi nggolek data gawe sekolahan.” Dan, yang membuatku kaget adalah perkataan mereka selanjutnya, Om, sudah dengar belum, arek Pakis ada yang terlibat kasus foto porno lho. Anaknya Pak …. (sensor!) yang sekolah ndek SMA …. (sensor!) iku lho. Foto dewekan karo hp-ne dewe, tapi ketemon konco-koncone, yo sak iki tersebar luas wiiis…,” cerita anak-anak itu, dengan tanpa beban.


Aku hanya ketawa, tanpa memberi komentar langsung menuju komputer paling ujung. Sesungguhnya, dalam hati aku cukup prihatin sedih melihat “perkembangan” remaja seperti ini. Dulu, setiap ada kasus penyalahgunaan teknologi (baca: handphone) untuk mengabadikan hal-hal tak senonoh – sengaja ataupun tidak – oleh para remaja, abg (dan anak-anak sekolahan), hanya membatin, “Koq gitu ya pergaulan anak-anak di …….. (kota/daerah tempat anak-anak tersebut)”.


Tapi, kini kejadian itu menimpa anak-anak disekitarku, tetanggaku sendiri, yang aku tau keseharian mereka. Lebih tidak masuk nalar, Pak……… (sensor!) ayah dari gadis itu adalah guruku saat aku bersekolah di …… (sensor!). Sebegitu parahkah moralitas anak-anak jaman sekarang, sehingga dengan mudah dan tanpa malu-malu lagi mengabadikan dirinya tanpa penutup apa-apa di depan kamera?


Mungkin, kita – atau siapapun yang membaca tulisan ini – tidak ambil pusing, karena berfikir toh itu terjadi pada orang lain. Meski, sesungguhnya tanpa kita sadari bisa saja hal tersebut menimpa (dilakukan) orang-orang terdekat kita, apakah itu tetangga, adik, keponakan, kerabat ataupun anak-anak kita sendiri.


Intinya, kalau kita memang punya komitmen untuk “menghambat” laju kebebasan berekspresi (di depan kamera) yang kebablasan tersebut, sudah selayaknya memulai dari lingkungan sendiri, dengan memberikan pemahaman pada orang-orang terdekat betapa tidak terpujinya perbuatan tersebut (meski tujuannya untuk konsumsi sendiri). Ini bukan sekedar masalah teknologi yang disalahgunakan menjadi “jahat”, tetapi lebih pada kesadaran personal dan moralitas.


Setelah hampir satu jam setengah, saat aku mau meninggalkan warnet, aku sempatkan mendatangi sekumpulan remaja tadi, “Koen gak isin ta rek, foto telanjang koncomu tersebar nang endi-endi ngono iku?” Dan, lagi-lagi jawabannya mengejutkan, “Salahe dewe ta Om. Iku sik siji sing ketemon, arek-arek iku lho akeh sing seneng foto dewe koyok ngono iku, sangking ae durung ketemon.”


Nah lho.., gimana kalo sudah kayak gini ?


***


Catatan:

  • Beberapa petikan kalimat sengaja ditulis apa adanya dengan memakai bahasa daerah (lokal), tanpa diterjemahkan. Tujuannya agar tidak mengurangi esensi dan makna dari kalimat tersebut.
  • Tulisan ini tidak punya tendensi apapun pada siapapun, penulis hanya berusaha menyajikan realita yang ada saat ini.

Sabtu, 06 Desember 2008

Wisata Kuliner Lokal : PAKIS


Meski sudah terbiasa dengan corak ragam masakan jawa yang banyak dijajakan di Jakarta – mulai dari kaki lima, warung, resto sampai cafĂ© – nampaknya membuat lidah “Malang”ku belum juga bisa diajak kompromi menikmati sembarang masakan, jika ada kesempatan pulang kampung. Tetap memilih, tetap nyari, makanan apa yang menjadi ke-khas-an dari tanah kelahiran ini.


Hari Kamis kemarin (4 Nopember 2008) nampaknya adalah sebuah keberuntungan bagiku, sebab bisa memilih dengan leluasa menu sarapan pagi, saat berkunjung ke Pakis. Dari yang biasanya Nasi Pecel bungkus daun plus Peyek Kacang, kali ini aku ditawari keponakan untuk sarapan menu lain. Dari beberapa yang disodorkan, aku memilih gado-gado (memang sih, dari segi bumbu, ndak jauh beda dengan pecel ataupun rujak).


Wuuiiih.., begitu sarapan datang, ternyata gado-gadonya luar biasa dan lain dari biasanya. Sayurannya saja, sudah mulai “kebarat-baratan” karena disisipkan irisan wortel tipis memanjang dan buncis (biasanya kacang panjang), selain sayuran khas gado-gado Malang seperti kol dan ketimun, serta irisan tempe, emping mlinjo dan telur rebus.


Terus, yang membuat selera makan pagi bertambah, adalah bumbu gado-gado yang dibuat halus (perasaanku, ini bumbu pasti diblender), sehingga tidak seperti gado-gado lokal kebanyakan, yang bumbunya meski diuleg halus, masih tetap terasa butiran kecil-kecil dari kacang tanah. Ciri khas yang telihat jelas pada gado-gado Pakis ini adalah aroma (dan rasa) daun jeruk purut yang begitu kental, malah dibumbunya sengaja disertakan selembar daun jeruk purut utuh yang sudah matang.


Jujur saja, sarapan gado-gado Pakis (plus sepiring nasi dan krupuk) kemarin adalah salah satu makanan khas Malang terenak yang pernah aku temui. Dari informasi yang aku dapat, gado-gado ini seporsi hanya dihargai Rp. 3.500,- (sayuran dan bumbu dibungkus terpisah, sehingga kalau dibawa pulang agak jauhan/lamaan, sayur tidak cepat basi dan berair). Tetapi, kalau dimakan di tempat (warung), pasti kenikmatannya akan berlebih, sebab selain sayurannya yang masih hangat, bumbunya pun langsung dibuat saat dipesan.


Biar nggak penasaran, setelah aku telusuri asal-usulnya, gado-gado ini bisa didapat di Warung Mak Kaji, yang ada di seberang Pasar Pakis (kalau dari arah Malang, ada di kanan/selatan jalan). Persisnya, ada di sebelah Alfamart. Selain gado-gado, racikan masakan yang tersedia (dan jadi andalan) di warung milik Mak Kaji Sitin ini – buka setiap hari, pagi sampai sore – adalah Soto Rujak (walaaah… makanan apa lagi ini?). Pokoknya, bagi yang suka berburu tempat kuliner lokal Malangan, kalo nggak mampir ke tempat ini, rugi besaaar…!

***


Catatan:

Bagi teman-teman yang punya kenangan atau tempat-tempat (boleh warung, angkringan, restoran, rumah makan, ataupun warung tenda) jajan/makanan enak dan merasa patut direkomendasikan ke teman-teman pembaca blog ini, silahkan kirimkan tulisan + foto pendukung ke: smantumpang@gmail.com (Syarat pastinya: Obyek harus berada di wilayah Malang Raya ; lebih bagus lagi kalo di seputaran Tumpang, Poncokusumo, Jabung & Pakis).


Senin, 10 November 2008

Ngobrol di alam terbuka (sambil menunggu alumni yang lain)
***

Mengambil tempat di obyek wisata Taman Wiladatika Cibubur – dekat lokasi Bumi Perkemahan Cibubur – Jakarta Timur, pada hari Minggu, 9 Nopember 2008 dilaksanakan acara Silaturahmi Alumni SMA Negeri 1 Tumpang wilayah Jakarta-Bogor-Tangerang-Depok-Bekasi (Jabodetabek). Tentu ini bukan acara dadakan, sebab dalam 4 tahun terakhir, secara kontinyu acara semacam ini rutin dilaksanakan. Sebagai flashback, alumni SMANETA Jabodetabek untuk pertama kali mengadakan acara pertemuan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII – Jakarta Timur) tahun 2004. Dilanjutkan di Graha Cijantung (Jakarta Timur) tahun 2005, dan di tahun 2006 bertempat di daerah Halim Perdanakusumah – Jakarta Timur.

Untuk tahun 2008, acara yang dikomandoi Ninik Polwan (Bekasi) dan Ari Wibowo (Jakarta Selatan), dibantu Budi Ismawan (Bogor) sebagai koordinator lapangan, serta Dian Luthfi (Jakarta Selatan) sebagai seksi dokumentasi, mengagendakan pembahasan hasil-hasil pertemuan alumni di aula SMANETA tanggal 4 Oktober 2008 (Acara Reuni dan Halal Bihalal SMA Negeri 1 Tumpang), sekaligus membahas program apa yang bisa dijalankan dalam satu tahun kedepan.

Setidaknya, sekitar 45 orang alumni dan keluarganya (dari 130 alumni yang sempat terdata) hadir dalam pertemuan yang dimulai pukul 10.00 wib, dan mengambil tema acara : Lesehan di Alam Terbuka, Ajang Silaturahmi dan Wisata Keluarga Besar Alumni SMA Negeri 1 Tumpang Wilayah Jabodetabek Tahun 2008. Nama-nama langganan hadir tiap pertemuan tahunan seperti Sam Hery (Depok, lulusan 86), Sam Budi dan Mbak Ida (Bekasi, lulusan 86), ataupun Yulie Monieq (Pasar Minggu, lulusan 97) tetap setia datang. Belum lagi wajah-wajah baru (hadir) di pertemuan kali ini, seperti : Sam Dwika (Jakarta Selatan, lulusan 85), Deddy KW (Jakarta Timur, lulusan 2002), dan beberapa nama lain (Wafiq, Maya Imawati, Yohannes, Yanto, dll-nya) yang rata-rata ternyata sudah lebih 5 tahun tinggal di wilayah Jabodetabek.

Secara umum, acara yang berlangsung sampai pukul 15.00 Wib ini memiliki bobot yang lebih dibanding pertemuan ditahun-tahun sebelumnya. Terutama kualitas dan materi pembicaraan yang lebih fokus pada upaya kontribusi alumni untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Tumpang. Tentu saja bentuk kontribusi disesuaikan antara kebutuhan pihak sekolah dengan kemampuan alumni dalam mensupport. Beberapa alternatif pilihan kontribusi memang sudah didapatkan, tetapi masih perlu untuk dibicarakan lebih detail lagi, minimal dalam tim kecil yang akan dibentuk lebih lanjut. Target pemenuhan bentuk konkrit kontribusi alumni pada sekolahan ditargetkan dalam satu tahun kedepan sudah bisa terealisasi.

Satu hal menarik dari pertemuan kali ini adalah konsumsi yang dihidangkan pada peserta pertemuan, semuanya serba Malang-an (Malang bangeeet…!). Yaitu: nasi jagung (sego gerit?), urap, bothok luntas, jangan lombok (bahasa Indonesianya: Sayur sangat pedas sekali, hehehe…), ikan asin, krupuk, sambel terasi, dan semuanya memang untuk 17 tahun keatas (karena sebelum pertemuan sudah diumumkan, untuk yang bawa anak kecil, harap membawa konsumsi sendiri, karena masakan yang akan dibawa tim konsumsi adalah kategori “don’t try at home” kalo punya anak kecil). Dan “trio konsumsi” Ninik, Yulie dan Dian sudah sukses membuat seluruh peserta terpuaskan. Ini juga termasuk nilai PLUS! dari pertemuan alumni kali ini.

Yang pasti, tujuan utama pertemuan untuk (semakin) mengakrabkan tali silaturahmi antar alumni dan keluarganya di wilayah Jabodetabek – agar tidak kehilangan saluran komunikasi dan informasi kampung halaman – semakin tahun semakin menjadi kenyataan. Sehingga, selain menghasilkan kontribusi positif bagi institusi pendidikan SMA Negeri 1 Tumpang, alumni juga bisa menjaga “kebersamaan” dalam menjalani hidup di perantauan, yang jauh dari kampung halaman. Sebuah upaya positif, yang mudah-mudahan bisa menular kepada rekan-rekan alumni yang ada di wilayah Indonesia lainnya. Semoga!
***

Mas Budi, Mas Nuradi, Mas Heri (lulusan 86) dan Mas Dwika (lulusan 85), masih punya semangat untuk hadir di setiap pertemuan alumni.
***

Nasi Jagung, Ikan Asin, Sambel Terasi, Jangan Lombok, Urap dan Bothok. Langsung diserbu habis...!!! (Kata Ninik, resiko sakit perut ditanggung sendiri lho!)

****

Kamis, 09 Oktober 2008

Kekompakan Panitia Halal Bihalal P@lmagita bersama Alumni dan Pembina
***

Tanpa disertai spanduk ataupun baliho sebagai tanda adanya sebuah acara, Palang Merah Remaja Unit SMA Negeri 1 Tumpang (biasa disebut: P@LMAGITA) pada hari Selasa, 7 Oktober 2008 mengadakan acara Halal Bihalal khusus Anggota & Alumni P@lmagita, bertempat di salah satu ruang kelas yang ada di SMANETA.

Meski terkesan sederhana, salah satu unit ekstrakurikuler tertua ini – didirikan Oktober 1984, dan sudah menghasilkan 25 Angkatan – tetap menyelenggarakan tradisi tahunan saling bermaafan di bulan Syawal secara rutin. Seperti diungkapkan Nurvia Malia, Ketua PMR periode 2008/2009, bahwa yang diundang acara inipun hanya sebatas anggota Angkatan XXIV dan XXV (saat ini sekitar 60-an anggota), 20 orang Alumni P@lmagita, serta Pembina ekstrakurikuler PMR sendiri. “Setidaknya anggota P@lmagita tetap kompak dan selalu menjaga tali silaturahmi antar anggota serta seniornya,” tambah Nurvia, yang kini duduk di kelas XI-IA 2.

Sementara itu, Bapak Nurwanto, selaku Pembina PMR SMA Negeri 1 Tumpang, beberapa saat sebelum acara dimulai mengingatkan, “Acara semacam ini bisa menumbuhkan kepercayaan anggota P@lmagita, untuk tetap menggeluti pilihan kegiatan ekstrakurikulernya.” Apalagi, masih tutur Pak Nurwanto, “Minat siswa pada ekstrakurikuler macam PMR ini semakin menyurut, terutama siswa laki-lakinya.” Sehingga, tidak berlebihan kalau dari sejumlah 60-an anggota P@lmagita saat ini, yang berjenis kelamin laki-laki hanya sekitar 25% nya saja.

Apapun yang ada, upaya yang dilakukan unit ekstrakurikuler PMR ini sudah sepatutnya diacungi jempol. Setidaknya, sebagai anggota PMR tidak hanya sebatas bisa memahami P3K semata, tetapi lebih dari itu adalah mengejawantahkan materi Pengembangan Diri yang menjadi bagian dari kegiatan PMR itu sendiri, dalam kegiatan yang bernama Halal Bihalal ini. Semoga tradisi ini juga ada di unit ekstrakurikuler yang lain!

Minggu, 05 Oktober 2008


Matahari mulai merambat naik, waktu masih menunjukkan pukul 8.45 pagi, tapi suasana di halaman SMA Negeri 1 Tumpang sudah nampak ramai hillir mudik – mulai dari adik-adik PMR, alumni, guru sampai staf kebersihan – dengan berbagai aktivitas yang bermuara sama: menyiapkan hajatan yang akan dilaksanakan hari itu. Dan, mulai pukul 9.25 wib, satu persatu alumni SMANETA mulai berdatangan, ada yang sendiri, bersama keluarga, dan juga berombongan.

Ya benar! Sabtu, 4 Oktober 2008 hari itu, acara Halal Bihalal dan Silaturahmi Alumni SMA Negeri 1 Tumpang digelar untuk pertama kalinya. Ya, untuk pertama, sebab Halal Bihalal ini mengundang secara terbuka seluruh alumni – lulusan tahun 1982 sampai dengan lulusan 2008 – untuk berkumpul bersama di aula sekolah, yang selama 30 tahun SMANETA berdiri belum pernah dilaksanakan.

Seperti sebuah acara “reuni”, begitu alumni masuk gerbang sekolah, langsung mengisi daftar hadir, disodori formulir isian alumni, dan dipersilahkan foto di papan nama sekolah. Setelah itu baru dipersilahkan masuk aula. Tak disangka, alumni yang hadir benar-benar beragam. Bukan saja dari status, pekerjaan atau domisilinya, tetapi juga angkatannya. Tak kurang dari Mbak Lilik Astuti (yang kini menjadi PNS) lulusan tahun 1982 sampai Bagus Arif Setyawan (mahasiswa Universitas Kanjuruhan) yang baru lulus tahun 2008 ini, datang ke tempat yang sama untuk ber Halal Bihalal, karena statusnya yang sama : ALUMNI.

Pukul 10.55 wib, acara Halal Bihalal yang dipandu duet MC lokal Amulyatin & Alvin (keduanya alumni) dimulai. Ada laporan Ketua Pelaksana (Sugeng Pribadi, angkatan 1987) yang menekankan perlu dilembagakan acara seperti ini setiap tahun dengan format yang lebih besar dan rapi, dan Sambutan dari Bapak kepala Sekolah yang baru 5 bulan bertugas di SMA Negeri 1 Tumpang, Bapak Drs. Maskuri.

Dengan suara yang cukup lantang dan tegas, dihadapan 241 alumni yang hadir, Pak Maskuri memberi lecutan dan dorongan kepada seluruh alumni agar mulai memikirkan daerah “asal” mereka dibesarkan. Apa gunanya sukses di mana-mana (bahkan, sampai di mancanegara) kalau daerah asal alumni menuntut ilmu masih belum berubah juga sampai sekarang? Dan salah satunya, adalah tugas alumni untuk segera membenahinya. Sementara, Pak Bambang S., Ketua Komite Sekolah, menyampaikan hal yang senada, bahwa perlunya alumni untuk ikut memikirkan perkembangan sekolah tercita ini.

Untuk acara sambutan diakhiri dengan Launching Official Website SMA Negeri 1 Tumpang
www.sman1-tumpang.com oleh Bapak Kepala Sekolah, yang ditandai dengan memberikan komentar online pada web tersebut.

Meski acara terkesan menjadi tidak formal dan kurang terkoordinir, karena berjalan mengikuti kondisi dan situasi peserta yang hadir, suasana khas “temu kangen” tak terhindarkan lagi. Meski datang tidak bersamaan, alumni secara naluri membentuk kelompok-kelompok sendiri sesuai angkatannya, begitu masuk aula. Begitu sulit untuk mendiskripsikan suasana ketika para alumni berkumpul, selain bahwa ajang seperti ini mau tidak mau harus rutin diadakan.

Pukul 14.00 wib, dengan diakhiri pembacaan doa spontanitas oleh Pak Sujianto (Guru Agama), acara Halal Bihalal berakhir. Waktu yang cukup singkat memang. Ungkapan ketidakpuasan dan protes bahwa tak cukup waktu untuk melepas kangen memang bermunculan, bahwa undangan tidak rata menyebar juga menjadi topik dalam pembicaraan tiap kelompok alumni yang hadir. Sebuah masukan yang sangat berharga tentunya.

Acara Halal Bihalal – atau Silaturahmi, atau Reuni, atau Temu Kangen, atau apalah namanya – memang sudah berakhir. Banyak cerita yang ditinggalkan, bahkan sampai sekarangpun masih ada yang tetap membicarakan. Yang pasti, sebuah pekerjaan rumah (PR) telah menanti, kalau yang informal saja bisa mendatangkan banyak alumni, bagaimana kalau formatnya dibuat formal dan undangan menyeluruh keseluruh alumni yang kini sudah mencapai 9.000-an alumni?

Mudah-mudahan di tahun 2009 mendatang, acara REUNI AKBAR ALUMNI SMA NEGERI 1 TUMPANG bisa terealisasi. Anda mendukung kan ?


Dengan kursi diatur setengan lingkaran, semua alumni bisa saling melihat.
***

Sebagian angkatan 2008 yang hadir, berfoto bersama Kepala Sekolah dan Guru

****

Senin, 15 September 2008



Sebuah Otokritik Terhadap Majalah Widya Wiyata


Setiap hari Jumat pagi – saat membaca koran Kompas sebelum berangkat kerja – ada perasaan gemas dan geregetan ketika sampai pada sesi 4 halaman rubrik Muda. Sebuah rubrik yang diperuntukkan kaum muda (baca : siswa SMA) untuk berkreasi di bidang jurnalistik. Setiap hari Jumat itu pula, berbagai SMA yang ada di Indonesia silih berganti menampilkan tim-nya untuk menunjukkan bakatnya di bidang jurnalistik, dengan membuat tulisan yang tematis.

Kenapa harus geregetan? Karena menurutku ini hanya masalah “kesempatan” untuk tampil di koran nasional semata. Kesempatan, karena mereka memang mendaftarkan tim-nya terlebih dahulu pada Kompas, untuk diseleksi sebelum tampil. Masalah kemampuan teknis (wawancara, pilihan tema, maupun penulisan) bisa dilakukan oleh siapa saja, dimanapun letak sekolahnya, asal mempunyai niat dan kemauan yang kuat. Tentu saja, salah satu – SMA yang bisa mempunyai kemampuan teknis seperti itu – adalah SMA Negeri 1 Tumpang.

Tetapi, kenyataan yang ada – setidaknya sampai aku datang ke SMA Negeri 1 Tumpang Desember 2007 lalu – kemampuan teknis hampir tak terlihat sama sekali. Terutama di penerbitan Majalah Widya Wiyata edisi Nopember/Desember 2007. Tidak muncul “semangat dan gelora” anak muda dalam mengekspresikan halaman per halaman, juga eksplorasi kemampuan menuangkan kalimat khas remaja sama sekali tidak nampak.

Ini bukan karena pengelola (redaksi) Widya Wiyata tidak punya talenta atau kemampuan jurnalistik yang memadai. Buktinya, dengan personal yang sama, ternyata begitu bebasnya para pengelola ini mengekspresikan kemampuan jurnalistiknya di Majalah Dinding (aku sempat mengamati 2 edisi yang berbeda, dan boleh dibilang nilainya 8+), dan juga di Friendster – sebuah komunitas personal yang lagi trend di internet – yang mereka buat rata-rata mencerminkan dunia mereka yang sebenarnya.

Kenapa mereka (para pengelola Widya Wiyata) tiba-tiba kehilangan sense of journalism dan seperti mati angin ketika harus mengelola sebuah media cetak formal? Jawabannya, dari pembicaraan dengan pengelola dan Pembina – saat diadakan syukuran atas terbitnya kembali Widya Wiyata, Desember 2007 – nyatanya memang ada beberapa hal yang menjadi muara kurang berkembangnya majalah Widya Wiyata.

Pertama, komunikasi yang kurang seimbang antara pengelola dengan Pembina, sehingga Pembina nampak lebih dominan. Mestinya, Pembina bertugas mengawasi, mengarahkan, dan mengeksplor kemampuan siswa, bukan memberi instruksi.

Kedua, ketidakberanian pengelola mengeksplorasi kemampuannya secara penuh, karena khawatir dianggap sok pinter, takut idenya tidak diterima anggota lain, dan tidak didukung oleh pembina.

Ketiga, tidak ada platform yang jelas bagaimana sebuah majalah sekolah harusnya dibuat, akibatnya setiap ganti pengurus pasti akan berubah tampilan. Mestinya, ada panduan baku tentang cover, rubriksasi, jenis tulisan, dan brand dari majalah itu sendiri.

Keempat, pengelola dan pembina terlalu yakin (over convidence) bahwa apa yang dilakukan adalah yang terbaik, padahal dunia jurnalistik selalu berkembang dan dinamis.

Kelima, ini yang paling penting: belajar dan belajar. Tidak sekedar textbook, tetapi belajar melihat perkembangan media cetak lain, belajar melakukan survey media cetak macam apa yang disukai remaja saat ini, dan belajar untuk “meniru” media cetak yang sudah mapan.

Lima hal tersebut tentu bukan sekedar “teori”. Sebab, saat Widya Wiyata – yang dilahirkan Februari 1984 – masih seumur jagung, yaitu sekitar tahun 1985/1986, hal tersebut sudah sepenuhnya dijalankan. Dibawah komando Syamsu Muhajir (Lulusan 1987) Widya Wiyata bisa diterima semua kalangan karena isinya yang meremaja dan sesuai trend remaja saat itu, meski hanya berteknik stensil dan sablon. Dan nampak aneh, kalau 20 tahun berikutnya, ketika teknologi informasi sudah begitu maju, justeru Widya Wiyata seperti diktat atau majalah tahun70-an? Tentu ada mekanisme yang salah!


-----------------
Sugeng Pribadi
***Pengalaman Jurnalistik : Pemimpin Redaksi Majalah Widya Wiyata, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah dan Koran Kampus, Reporter sebuah Tabloid Mingguan, Juri berbagai Lomba Majalah Cetak dan Majalah Dinding Sekolah, semuanya tahun 1987 s/d 1996.


Senin, 08 September 2008



WORO-WORO

Mumpung sebentar lagi Lebaran, mumpung kita juga pada punya libur panjang, alangkah baiknya kalau di hari baik tersebut kita gunakan untuk saling bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.
Sekedar informasi, Acara Halal Bihalal & Silaturahmi Alumni (angkatan berapa saja, yang penting pernah sekolah dan atau lulus dari SMA Negeri 1 Tumpang) akan diadakan pada :

Hari : Sabtu
Tanggal : 4 Oktober 2008
Jam : 10.00 Wib s/d selesai
Tempat : Aula SMANETA

Berhubung ini acara informal, maka yang mau datang tidak perlu "pesan" (apalagi beli) undangan. Pokoknya ini acara kita -- dari kita dan untuk kita -- semuanya boleh kangen-kangenan, boleh menjelajah pelosok sekolah (siapa tau kangen masa lalu, hehehe...) ; dan rencananya ada pertandingan Futsal dan basket antar generasi lho....

J
angan sampai nggak datang ya.... (dan, informasikan ke teman-teman alumni yang lain!).


Salam,
Sie HUMAS
-------------
Catatan:
Agar tercatat dan mendapat layanan yang baik (hehehe... takut ada penyelundup soalnya), tolong yang sudah pasti bisa datang menginformasikan ke: smantumpang@gmail.com atau via SMS ke: 0815.1431.5525, dengan format: Nama, Tahun Lulus, Jumlah yang datang (siapa tau ngajak suami/istri/anak).

Jumat, 27 Juni 2008


Ini ada acara "Bursa Tenaga Kerja" di Kota Malang,
barangkali ada yang berminat dan ingin hadir.

--------------------


Kunjungilah Malang Career Fair 2008!
Pameran Bursa Kerja terbesar di kota Malang
yang diikuti berbagai perusahaan terkemuka
dengan ribuan lowongan kerja di berbagai bidang
bagi lulusan SMA, D1, D3 hingga S1.

Acara ini merupakan hasil kerja sama antara
karir.com dan Aero Komunika
selaku penyelenggara serta penanggung-jawab kegiatan.



Waktu & Tempat:
4-5 Juli 2008, hari Jumat-Sabtu
Pukul 09.00-17.00 WIB
Hotel Montana 2 Jl. Candi Panggung No.2
Malang-Jawa Timur


Perusahaan Peserta:
- Advanced Career Indonesia
- Agricon Putra Cipta Optima
- Bentoel Group
- Bernofarm Pharmaceuticals
- Berlian Laju Tanker
- BFI Finance, Tbk.
- Datacomm Dian Graha
- Indobatt
- karir.com
- kapanlagi.com
- Mandala Multifinance, Tbk.
- Parastar Echorindo
- Prima Jabar Steel
- Salam Pacific Indonesia Lines
- Samator Gas
- Sigma Cipta Caraka
- Summit Auto Group
- TEC Indonesia
- Utomo Utomo
- Outsourcing Indonesia

Harga Tanda Masuk:
Rp.20.000,-

Seminar:
Kiat lolos wawancara kerja dan persiapan memasuki dunia kerja.

Persiapkanlah diri Anda sebaik mungkin.
Bawalah CV serta surat lamaran dan bersiaplah untuk menghadapi wawancara langsung di lokasi!

Rabu, 18 Juni 2008


Buat teman-teman yang menyukai wisata kebun dan berdomisili di Jawa Timur, atau sedang berkunjung ke Jawa Timur pada tanggal 4 - 6 Juli 2008, saya persilahkan untuk berkunjung ke kantor kami dalam Acara Field Day Balitjestro 2008. Insya Allah acaranya tidak mengecewakan.

Info lebih lengkap silahkan akses ke
www.citrusindo. org.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.



Wassalam,
Farida Yulianti
(Alumni SMANETA)

Sekarang bekerja di :
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Tlekung
Jl. Raya Tlekung No. 1 Junrejo, Batu
Jawa Timur

Senin, 16 Juni 2008


kepada adik-adik kelas XII SMA Negeri 1 Tumpang,
yang berhasil LULUS dalam Ujian Nasional 2008,
kami ucapkan Selamat….!


Tahun ini,
SMA Negeri 1 Tumpang berhasil
mencapai kelulusan 99,68%
(dari 305 peserta Ujian nasional, 1 orang siswa gagal lulus).

Semoga ini menjadi awal,

untuk melanjutkan ke jenjang (pendidikan) lebih tinggi,
serta bisa menggapai impian dan cita-citanya.



Pengelola Blog SMANETA

Selasa, 20 Mei 2008


Entah apa yang terjadi pada masa reformasi ini, terutama di dunia pendidikan kita. Seingatku, saat masih sekolah di tingkat dasar dan menengah awal tahun 80-an, aku tidak pernah membeli buku pelajaran (dulu disebut Buku Paket). Semua buku – mata pelajaran apapun – sudah disediakan sekolah. Bukan dikasih gratis untuk dimiliki sih, tetapi cukup dipinjamkan dan boleh dibawa pulang.

Kini, mimpi pemerintah untuk memberikan buku pelajaran sekolah gratis nampaknya sulit terealisasi. Pemerintah ternyata kesulitan membeli hak cipta buku pelajaran. Sampai sekarang, Departemen Pendidikan Nasional baru membeli hak cipta 37 buku pelajaran. Padahal, target pembelian hak cipta buku pelajaran tahun ini sebanyak 250 hak cipta buku.

Namun, pemerintah tak gusar. Mereka tetap yakin target ini bakal tercapai. Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo juga menyatakan bahwa upaya pembelian hak cipta itu pun sudah terlaksana dengan baik. Bahkan, Bambang juga sudah berniat tidak hanya membeli hak cipta buku pelajaran sekolah tetapi juga membeli hak cipta bacaan lainnya, khususnya buku-buku sains.

Dalam program ini, Departemen Pendidikan Nasional menawarkan Rp. 100 juta untuk setiap hak cipta buku. Nah itu berarti, bila pemerintah menargetkan tahun ini bisa membeli 250 hak cipta buku, maka pemerintah telah mengalokasikan Rp. 2,5 miliar untuk menjalankan program tersebut. Dan kalau dihitung-hitung, sebenarnya ongkos yang dikeluarkan tersebut masih terbilang kecil.

Yang jadi masalah, apakah harga setiap hak cipta tersebut sudah memenuhi standar kelayakan sebuah hak cipta, ataukah justeru buku pelajaran yang mau dibeli hak ciptanya yang tidak memenuhi standar kurikulum yang ada. Ini yang sebenarnya (juga) harus dijelaskan dengan transparan.

Sabtu, 26 April 2008



Tahun 2008 ini mungkin bakal banyak siswa yang tak lulus ujian nasional. Pengawas Independen Ujian Akhir Nasional menilai tingkat kesulitan soal ujian untuk tahun ini terlalu tinggi. Mereka menganggap soal-soal ujian tahun ini tak sebanding dengan kemampuan siswa. Seperti diungkapkan Komaruddin Hidayat, Ketua Panitia Pengawas Independen Ujian nasional, bahwa seharusnya ujian harus sejalan dengan pelajaran yang diberikan, kalau terlalu jauh akan membunuh siswa.

Pemerintah tak menampik bahwa materi ujian pada tahun ini lebih sulit ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Tujuannya supaya kemampuan siswa Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla saat meninjau pelaksanaan ujian nasional di sejumlah SMA di Jakarta mengatakan, dengan tingkat kesulitan yang diatas rata-rata siswa kita bisa menyaingi Singapura dan Malaysia.

Secara keseluruhan, untuk pelaksanaan ujian nasional tahun ini, pemerintah mengaku puas meski banyak pelanggaran terjadi. Pemerintah justeru menganggap lebih baik daripada tahun lalu. Masih menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, pengawasan sudah dilakukan dengan cukup ketat, mulai dari proses pencetakan soal hingga pembagian soal di kelas.

Jadi, apapun hasilnya Ujian Akhir Nasional kali ini, ya “nikmati” saja. Toh pemerintah sudah mengajukan argument sendiri tentang banyaknya keluhan betapa sulitnya soal yang di-uji-kan. Jangan-jangan, karena beliau yang berkomentar di berbagai media selama ini (dulunya) belum merasakan susahnya jadi siswa seperti sekarang ini kali ya ?



Senin, 21 April 2008


Atas nama Alumni SMA Negeri Tumpang,
kami mengucapkan selamat menjalani

"Ujian Akhir Nasional (UAN)"
21-22 April 2008

kepada Adik-adik Kelas XII
SMA Negeri Tumpang (SMANETA)

Semoga mendapatkan hasil yang memuaskan,
dan sukses untuk masa depan adik-adik semua.
Doa kami selalu menyertai "perjalanan" kalian.



Alumni SMANETA

Jumat, 28 Maret 2008

Hari ini, tepatnya tanggal 28 & 29 Maret 2008, diadakan acara syukuran dan berbagai acara lainnya dalam rangka perayaan HUT sekolah kita (SMANETA) yang ke-30, di areal gedung sekolah yang beralamat di Jl. Kamboja 10 malangsuko, Tumpang. Dan, meskipun kami para Alumni -- yang saat ini tersebar di seluruh tanah air dan mancanegara -- tidak bisa hadir secara fisik di lokasi acara bersama Keluarga Besar SMA Negeri 1 Tumpang lainnya, tetapi kami tetap bisa ikut merasakan getar suka cita hari jadi SMANETA ini.

Berbagai kenangan -- entah suka, duka, terhadap teman, guru dan segala sesuatu yang berhubungan dengan SMANETA -- jelas masih melekat di hati masing-masing kami, para Alumni. Untuk itulah, kali ini kami menampilan “suara alumni” khusus kenangan selama menjadi siswa SMANETA, yang kami beri judul : SMANETA di Mata Kami …


Bicara SMANETA, yang langsung terbayang adalah Romansa SMA. Hehehe.., geli aja kalo liat temen-teman berpacaran di kala itu. Saling men-comblang-i deh pokoknya. Walaupun saya sendiri tidak pacaran. Hanya aktif di OSIS bidang Kesenian, dan tampil menari kalo ada event wisuda dan ultah SMA.
Paling mngesankan, dimarahin sama Bu Tutik (guru matematika) kalo pake baju kedodoran nggak rapih atau contek-contekan pas ulangan. Tapi sekarang selalu nanyain aku kalo Beliau ketemu sama ibuku.
Dari lulus tahun 1997 belum pernah nyambangi SMA lagi, ada kerinduan tersendiri. Semoga dalam waktu dekat ada masa untuk kembali bersilaturahim dengan SMANETA, Insya Allah. Selamat Milad SMANETA semoga ada peranan dalam dirimu untuk melahirkan insan-insan bertaqwa yang berguna untuk bangsa dan negara amin.

Dian Eka Anggraini
Alumni/Lulusan 1997 (IPA-2)


Ketika pertama kali kaki menginjak masuk halaman SMANETA (waktu itu tahun 1992), kalau memandang bangunan SMANETA, terus terang agak kurang tertarik. Maklumlah kondisi fisiknya kalah dengan bangunan SMPN 1 Tumpang. Tapi perlahan tapi pasti rasa itu terkikis, seiring dengan SMANETA yang mulai berbenah. Waktu itu yang jadi kebanggaan adalah gedung Aula, gedung serba guna SMANETA. Itu soal bangunan fisik, dan tentunya sekarang jauh lebih megah gedung-gedungnya.
Banyak kenangan indah saat di SMANETA. Mulai dari teman-teman OSIS (yang jadi Ketua-nya Audzu Waiyin dan Wakasek Kesiswaannya pak Prianggono), sampai kenangan dengan teman sekelas di Fisika (kalau kita basket, kalah ataupun menang rasanya seperti juara NBA saja). Pokoknya, kalau ditulis satu per satu wah banyak banget. SMANETA, selamat ulang tahun, semoga panjang umur, semoga lebih bagus lagi, setidaknya selalu menjadi sekolah unggulan di Malang Raya.

Happy Hendra
Alumni/Lulusan 1995 (Fisika)

Mencoba menggali ingatan tentang SMANETA. Ternyata masih begitu banyak kenangan yang membekas, padahal udah 15 tahun yang lalu. Masih ingat benar suasana sekolah, guru-guru, juga teman-teman khususnya temen sekelas. Waktu itu ada 2 kelas untuk jurusan A1, tapi karena penghuninya cuman sedikit akhirnya digabung jadi satu. Jadilah kelas kami menjadi kelas yang rame, padat penghuninya, tapi asik....Kenangan SMANETA rasanya gak akan pernah habis untuk diceritakan. Sekarang dengan performance SMANETA yang baru, smoga semuanya jaauuuuh lebih baik dari waktu lalu. 30 tahun bukan perjalanan yang singkat, perjalanan yang panjang penuh perjuangan. Selamat Ulang Tahun SMANETA, semoga panjang umur, semakin sukses dan bisa menjadi sekolah teladan.

Khamilatur Rodliyah
Alumni/Lulusan 1993 (A1)


Gak terasa waktu belajar di SMANETA sudah berlalu 13 tahun yang lalu. Kenangan dengan Ibu / Bapak Guru, temen-teman OSIS, TPC (Pak Ketu, Kids, Halim, Happy dan Hary), dan masih banyak yang gak terwakilkan, salam rindu, I Miss U All. Selamat ulang tahun SMANETA, semoga berkah.

Budi Laksono Putro
Alumni/Lulusan 1995 (Jurusan A1)


Waaah senangnyaaa, jadi inget dulu. Yaah biar cuma setahun di Tumpang, tapi tetep jadi kenangan banget. Waktu jaman-jamannya olahraga (gak bakal lupa deh) lari keluar sekolah yang ampun-ampunan jauhnya, jalannya terjal mau motong jalan dilihatin guru. Teruuuus guru Fisika-nya (ibu Dewi kalo gak salah), ngajarnya keren banget, bikin semangat pas jam pelajarannya. Ehm dulu aku di SMA Negeri Tumpang sekitar tahun 2003/2004 lah.

Jasmine
Satu Tahun di SMANETA : 2003/2004


Jujur saja, aku agak terkejut dengan perkembangan pesat yang terjadi di SMANETA, setelah aku lulus 21 tahun silam. Luar biasa, sekarang ada gedung berderet-deret, aula tertutup yang besar dan juga pepohonan yang begitu asri. Mudah-mudahan ini diimbangi dengan kualitas SDM-nya (baik guru, siswa & alumninya). Yang selalu aku usulkan ke SMANETA – setiap mengadakan kunjungan ke almamater, hehehe… -- agar masalah Teknologi Informasi (TI) juga mulai diprioritaskan. Sebab ini akan menjadi parameter kemajuan sebuah institusi pendidikan. Semoga didengar !

Sugeng Pribadi
Alumni/Lulusan 1987 (A3-2)



Sudah 16 taun saya tidak pernah menginjakkan kaki di SMANETA. Tapi yang pasti segala kenangan yang ada dengan guru dan teman-teman tercinta akan tetap ada sepanjang perjalanan hidup saya. SMANETA, selamat ulang tahun, semoga makin maju dan terima kasih buat semuanya.

Rina Septiani
Alumni/Lulusan 1992 (A3-2)


Sudah 15 tahun saya meninggalkan smaneta dan belum pernah sekalipun menginjakkan kaki lagi disana setelah lulus tahun 1993. Tentunya makin baik, dan berharap tambah baik, tapi yang pasti segala kenangan yang ada dan pernah saya lalui disana akan tetap ada dalam hati saya.SMANETA slamat ulang tahun smoga makin maju dan terus maju.

Ely Kristiana F
Alumni/Lulusan 1993 (A3-1)


Wah kalo ditanya SMANETA sekarang seperti apa, pastinya nggak begitu tau, meskipun ada teman baikku yg sekarang jadi guru disitu. Pengen banget sekali waktu main kesana (seperti Happy dan rekan yg lain) untuk sekedar bernostalgia. Banyak kesan indah disekolah itu, dari "perang klandingan", ditampar pak Pendik, di skors 2 minggu gara-gara tidur dikelas. Sepatu dirampas gara-gara gak pake kaus kaki, pergi ke "orang pinter" untuk nanya mesin ketik yang ilang di sekertariat, ada yang kesurupan saat LDKCP OSIS, wah banyak banget cerita yang begitu berkesan.
Kalau pun ada "Hiro Nakamura" yang menawari untuk balik kemasa itu, dengan senang hati aku terima.

Yusuf Ari W.
Alumni/Lulusan 1994 (A1-1)

Senin, 10 Maret 2008


UAN telah tiba… UAN telah tiba, horee… horeee… horee…!!!
Hehehe…, bukannya meledek – dengan pelesetan lagi anak-anak "Libur Telah Tiba" yang ditenarkan Tasya diatas – tapi memang inilah saat yang ditunggu-tunggu para penghuni kelas XII dengan harap-harap cemas. Ya Ujian Akhir Tahun (UAN) akhirnya akan dgelar serentak di bumi nusantara mulai tanggal 22 April 2008, yang mulai tahun ajaran ini (2007/2008) standar untuk lulus Ujian Nasional mencakup 6 mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan.

Sebagai kakak kelas yang baik hati dan tidak sombong – ceileee…, baru jadi alumni aja udah belagu – ada beberapa petuah yang siapa tau bisa dijadikan acuan tambahan, dalam menghadapi UAN bulan depan. Kiat jitu “menghadapi” Ujian Akhir Nasional ini dirangkum dari pengalaman berbagai orang sukses (lha buktinya bisa menuliskan dalam bentuk KIAT kan ?), yang mungkin selama ini belum pernah terpikirkan oleh kamu-kamu yang akan UAN.

Siapa tau (ingat ya : siapa tau lho !) tulisan ini bisa membantu menambah spirit dalam berjibaku melawan UAN, yang (katanya) selama ini menjadi momok siswa kelas XII. Udah siap ? Berikut rangkumannya :

1. Jangan jadi katak dalam tempurung : Artinya tuh sedikit-sedikit usahakan belajar kelompok or diskusi dengan teman-teman sejurusan. Sambil mengukur kekuatan juga, jangan-jangan kita selama ini merasa sok pintar, tapi nyatanya tidak ada apa-apanya dibanding teman lainnya.

2. Tidak perlu ngoyo belajar di malam hari : Tau kan akibatnya, begitu pagi sampai sekolah, bukannya ingat yang dibaca semalam, tapi malah ngantuk doank. Jadi belajar malam sifatnya sekedar mengingat materi saja. Trus jangan lupa juga berdoa sebelum tidur, karena doa akan membuat mental kita bebas dan lepas, sekalian biar bisa nyenyak tidur kan ?

3. Faktor non-teknis (sebelum berangkat ujian) : Catat ya : mandi pakai sabun wangi dan jangan lupa keramas dan gosok gigi, karena badan yang segar akan sangat membantu dalam berkonsentrasi. Sarapan secukupnya, jangan sampai saat mengerjakan soal soal ujian, eeeh di otak hanya ada hasrat pengen makan atau pengen ke WC. Hilang tuh jadinya konsentrasi.

4. Faktor non-teknis (persiapan internal) : Yaitu : pakai pakaian seragam yang paling kamu suka, jangan lupa harus bersih dan disetrika, sehingga menambah PD (baca : Pe-De) ketemu teman-teman dan pengawas ujian. So gak ada lagi pikiran yang bisa mengganggu konsentrasi.

5. Konsentrasi diatas segalanya : Sampai lokasi jangan sampai telat, karena kalau telat ada kemungkinan harus lari kencang menuju ruang ujian. Lagi-lagi ini membuat konsentrasi berkurang, bahkan buyar. Saat di ruang ujian berdoa lagi sebelum mengerjakan soal. Trus, siapkan alat tulis, peraut dan penghapus tepat di depanmu. Usahakan semua harus baru dan dalam keadaan siap digunakan. Dan, duduk tegak tapi rileks dan bersandar pada kursi, baca soal dengan hati-hati dan penuh konsentrasi.

6. Atur strategi di ruang ujian itu perlu : Saat membaca soal usahakan hanya mata yang bergerak ke kiri dan ke kanan. Usahakan (lagi) atau paling tidak minimalkan gerakan lain seperti gerak bibir, tangan atau bersuara, karena gerakan-gerakan itu hanya akan membuang energi sia-sia dan bisa mengganggu konsentrasi. Lantas, buat perhitungan berapa jumlah soal minimal yang harus dijawab dengan benar untuk memenuhi standar lulus, sehingga kita tahu mana target utama yang harus dicapai dan mana target berikutnya.

7. Jangan umbar energi sebelum tuntas : Nah, selesai ujian hari itu segera pulang dan beristirahat sehingga energi untuk besok pulih kembali.

Jurus-jurus ini tidak perlu dihafal sampai berhari-hari. Sekali baca, asal dimasukkan dalam hati dan pikiran, pasti ada energi positif yang menjalar keseluruh tubuh, dan pada saatnya nanti (saat UAN maksudnya) energi ini akan bereaksi menjadi unsur rasa percaya diri dan konsentrasi. Percayalah !

***

Disusun dari berbagai sumber, oleh :
Kesatuan Alumni Peduli Adik Kelas (KAPAK)
SMA Negeri 1 Tumpang (SMANETA) - Wilayah Cyber
10 Pebruari 2008

Rabu, 05 Maret 2008

Kalo yang namanya bikin nama Gang (bhs. Inggris = kelompok, gerombolan) -- bukan Gang Bima, Gang V atau Gang Senggol lho..! -- tentu bukan hanya monopoli anak tongkrongan semata. Saat kita di SMP ato SMA dulu (ini bagi yang sudah alumni), pasti masih ingat sebutan kelompok kelas masing-masing, baik yang terkesan sangar atau malah kembali ke jaman Ki Hajar Dewantara, karena saking jadul-nya motto yang dicantumkan untuk kelompok kelasnya.

Contohnya nih : di tahun 1987, ada nama “sebutan” kelasnya AMBEGPRAT (keren juga sih, tapi nyatanya ini kependekan dari Ambeg Parama Artha, hehehe…), trus jauh sebelumnya di tahun 1983 ada yang menamakan kelasnya GENSOS (tau donk kepanjangannya : Generasi Sosial), dan masih banyak contoh-contoh lain tentunya (dilarang protes, bagi yang protes ato mo nambah, silahkan bikin tulisan tersendiri ! Nah lho...)

Nah.., untuk generasi sekarang, ternyata nama GANG itu masih melekat di tiap kelas. Seperti yang diinformasikan oleh Meirza Rizky – nama beken di friendster : SasHa aMoi – siswi kelas XII IA-3 SMA Negeri 1 Tumpang, yang sebentar lagi katanya mo Ujian Akhir Nasional (UAN). Doa’in ya, semoga SasHa berhasil dan bisa lulus & meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi, sesuai yang dicita-citakan (haiyaaah… koq malah ngajak kenduren, hehehe…).

Kalo nggak percaya, nih foto-foto penghuni kelas XII IA-3 SMANETA, yang lebih dikenal dengan nama Gang “Mak Thonk-thonk & GJ community” (Nah kan, anak sekarang kalo bikin nama genk lebih kreatif dan gimanaaaa… gitu !).



GJ Community bersama Pak Prianggono



GJ Community, SasHa yang mana ya ?

***



Sebagaian materi tulisan ini dikirim oleh :
Meirza “SasHa” Rizky
Klik fs-ku : SasHa aMoi

Minggu, 02 Maret 2008

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Barangkali itu peribahasa yang cocok dengan penggambaran apa yang diceritakan oleh Kusti -- alumnus SMAN 1 Tumpang & IPB Bogor -- yang saat ini melanjutkan studinya di Jerman. Selain bangga dengan keberhasilan Kusti, tentu pengetahuan khasanah budaya kita akan semakin bertambah, dengan tulisan-tulisan perjalanan dari negeri benua biru, semacam yang dikirim Kusti via email ke milist SMAN Tumpang, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya :

Sepeda (onthel) adalah salah satu yang membuatku shock ketika pertama kali menjejakkan kaki di benua Eropa, 2005 lalu. Bagaimana tidak, di lingkungan kita -- di kampung apalagi di kota -- sepeda sudah semakin terpinggirkan, bahkan tidak dapat tempat (dalam arti sebenarnya).

Kalau di kampung, sepeda onthel sepertinya sudah tidak dilirik sama sekali, kalah sama HONDA dan YAMAHA, juga motor CHINA. Sedang di kota, nggak ada lagi kenyamanan bersepeda (sebagaimana pejalan kaki), karena angkot yang kebanyakan ugal-ugalan sak enake dhewe atau keganasan bus kota.

Kondisi tersebut berbeda 180 derajat (pas, nggak kurang atau lebih...hehehe) dengan yang ada di daratan Eropa. Umumnya ada jalan khusus untuk sepeda (biasanya berdampingan juga untuk pedestrian). Bersepedapun nyaman. Makanya nggak mengherankan kalau sepeda yang parkir di statsiun lebih banyak daripada jumlah mobil yang parkir. Mobil biasanya dipake kalo pas musim dingin (banget). Itu prolognya (kepanjangan ya...hehehe).

Ok, sekarang tentang sepeda merah putih. Sepeda tersebut (yang di Barcelona diberi label "BICING"), digunakan oleh turis dan juga penduduk setempat. Sistem sewanya sudah pake mesin, yaitu tinggal masukkan koin, kemudian dapat tiket (atau kartu) yang juga berfungsi sebagai "kunci gembok". Di mesin tersebut tercantum juga lokasi "halte" bicing. Sepeda dapat dikembalikan di halte manapun, cuma tergantung lama sewa, tentunya. Kalau nggak salah 30-50 cent untuk setengah jam.

Untuk di Jakarta, barangkali nggak perlu yang sistem mesin gini, cukup pake orang aja kali ya yang jaga, itung itung juga ngurangi pengangguran, selain juga (kalau pake mesin kayak di Eropa) mahal. Jadi ada beberapa spot (halte), yang sekaligus juga disediakan loket penjualan kartu (sewa) sebagaimana sistem parkir di perkantoran Jakarta. Sementara itu cerita dari benua biru, semoga bermanfaat.

salam,
Kusti (Jerman)

Senin, 11 Februari 2008


Nampaknya, magnet sekolah kita (baca : SMA Negeri 1 Tumpang) begitu kuat daya tariknya, sehingga alumni yang telah lama lulus – maupun yang baru di wisuda – tak kuasa untuk melupakannya. Dengan berbagai alasan yang ada, keinginan kuat untuk “datang” kembali ke sekolah terus bermunculan. Dan salah satunya adalah Happy Hendra, alumni tahun 1995 yang sekarang bekerja di Kota kediri, di awal Februari 2008 berkesempatan untuk nostalgia masa-masa sekolah dulu, dengan mendatangi langsung SMA kita. Berikut penuturannya :

Hari sabtu 9 Februari 2008, kami jalan-jalan ke smanet. Sesuatu yang sangat menyenangkan. Alhamdulillah kami bertemu guru-guru semasa kami masih di smanet, yaitu : Bapak Prianggono, Bapak Sudjianto (Pak Antok), Ibu Runia, Pak Kandar, Ibu .... (lupa namanya, mengajar agama Islam, pakai jilbab), dan Pak Kusnadi (sudah pensiun sepertinya) serta pak Sayit (dulu staf TU). Kami memang sudah lama ingin sekali menengok dan mengenang peristiwa-peristiwa semasa SMA dulu dengan mengunjungi smanet.

Bangunan fisik memang banyak sekali perkembangannya dibanding waktu kami dulu (angkatan 95). Banyak gedung/kelas-kelas baru. Yang tidak berubah dan tetap semangat, awet muda, selalu tersenyum dan pasti kocak adalah pak Prianggono. Beliau dulu menjabat Wakasek Kesiswaan -- dan sekarang kembali menjabat Wakasek Kesiswaan -- setelah sempat tidak menjabat wakasek kesiswaan selama 10 tahun. Pak Antok penampilannya agak kurus, Ibu Runia memakai jilbab.

Oh ya kami juga sempat menikmati bakso di kantin smanet, dekat lapangan basket. Kami berkeliling di lingkungan smanet. Kami menyebut SMA Negeri Tumpang dengan nama singkatan Smanet (tanpa ”a” dibelakang) karena nama itulah yang kami pakai sewaktu kami masih bersekolah di sana.

Untuk melihat foto-foto selengkapnya, klik DISINI !

Senin, 04 Februari 2008


Hari-hari mengikuti ke”edanan” bersepakbola mengingatkanku ketika masih sekolah di SMANETA kelas I–4 tahun 1987/1988 hingga kelas III Bio 3 tahun 1989/1990 (berarti aku naik kelas terus). Sepakbola bayaran yang salah dari jalur olahraga, kalau ketahuan guru ataupun FIFA bisa dihukum tidak bermain selamanya karena mental kami waktu itu disamping senang-senang, jaga wibawa dengan gila kemenangan, tapi diiringi dengan taruhan uang. Suatu kegiatan yang patut tidak ditiru oleh penerusnya.

Secara kebetulan letting kami sekelas di kelas I-4 yang laki-laki pada hobby sepakbola. Sangat antusias kalau olahraga bebas mainnya bola, apalagi kalau ada info selanjutnya (jam) pelajaran kosong. Timbul ide bersama kawanan lain kelas (kawanan … kayak gajah aja) menantang bermain sepakbola, tentunya juga taruhan uang untuk menentukan siapa yang jago daripada cuma bisa ejek-ejekan saja. Dan ternyata sederek2 … kamilah jagoan antar kelas periode tersebut.

Pada gebrakan pertama, berbekal uang “sumbangan kawan sekelas” untuk taruhan Rp. 5.000,- / Rp. 10.000,-an / Rp. 20.000,-an dengan team kelas lain, pada hari minggu bermain di stadion Tumpang, dengan semangat tanding dan teknik yang lumayan kami bisa mengandaskan permainan anak kelas I-3 yang kala itu diperkuat oleh rombongan Jumari, Agus D. Saputro, Faisol, Ateng nDeteng, dkk. Tak jeri dengan permainan kami, minggu depannya ngajak main dan lagi–lagi kalah.


(selengkapnya, KLIK DISINI ! )


Kiriman :
PUJI SUGIARTO - Jambi
(Alumni III Bio-3, Lulusan 1989)

Jumat, 01 Februari 2008


Tradisi tahunan menggelar Bulan Bahasa masih tetap berjalan, termasuk di akhir tahun 2007 kemarin. Untuk Bulan Bahasa 2007, acara digelar selama 3 hari penuh. Beberapa mata lomba “wajib” tetap ada, seperti Lomba Reporter dan Pidato bahasa Inggris, Lomba Baca Puisi, dan juga Lomba Fragmen. Seperti biasa, lomba diikuti oleh hampir semua perwakilan kelas.

Secara umum, kualitas peserta lomba lebih bagus dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dan tentu ini sebuah perkembangan yang menggembirakan. Paling tidak, bahwa salah satu tujuan Bulan Bahasa 2007 untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman fungsi bahasa itu sendiri, benar-benar tercapai.

Selain lomba, Bulan Bahasa 2007 juga diisi dengan Bazaar Buku (diadakan di Aula SMANETA), dan berbagai hiburan mulai dari Dance, Pembacaan Puisi, dan juga Pergelaran Musik. Yang menarik, antusiasme siswa sangat besar dibanding tahun sebelumnya. Ini bisa dilihat dari tidak beranjaknya seluruh siswa di Aula saat acara berlangsung, sampai acara benar-benar selesai.

Bisa jadi selain acara memang menarik, penyebabnya adalah didatangkannya bintang tamu dari sekolah lain untuk grup band penghibur. Selain itu, konsep jitu yang disajikan panitia ini didukung sepenuhnya oleh guru pembimbing.

Sebagai pemenang untuk beberapa lomba yang diadakan diantaranya adalah :
Juara Lomba Reporter : Umi Ilma
Juara Lomba Baca Puisi : Santi P (12 IA-1)
Juara Lomba Fragmen : Kelas 12 IS-2
***
Laporan : Rachzal 12 ia-2

Labels

Alumni (21) Amerika Serikat (1) Angkatan 1995 (1) Anti Korupsi (1) Arab Saudi (1) Arema Malang (1) Artikel (8) ASEAN (1) ay kusnadi (1) Ayusta (1) Bahasa (2) Balitjestro 2008 (1) Bandung (1) Bank Mandiri (1) Bantuan Operasional Sekolah (1) barongan (1) Basketball (1) bca (1) Beasiswa (19) Berita (3) berita duka (1) BHMN (1) Bimbel (1) Biodiversity (1) Bisnis (1) bisnis online (1) Blog (5) bondan winarno (1) BOS (3) Buku (1) Buku Paket (1) Bulan Bahasa (1) Bullying (1) Bursa Kerja (1) Candi Kidal (1) Class Meeting (1) Dee (1) dollar gratis (1) Dumpul (1) dunia maya (1) Ekstrakurikuler (5) Facebook (2) Fair Play (1) Fisika (1) Friendster (1) Futsal (1) gado gado (1) Global Warming (1) Google (1) Gunung Tabor (1) Guru (10) Gus Dur (1) HUT ke-30 (1) IKAPALA (1) imam gozali (1) Inggris (1) Inspirasi (1) Internet (1) IPB (1) Iptek (3) Istana Negara (2) ITB (1) Jabodetabek (1) Jambi (1) Jawa Timur (4) Jepang (1) jerman (3) Jeru (1) Jilu (1) Jombang (1) Jusuf Kalla (1) Kabupaten Malang (4) kampus (1) karir.com (1) Kegiatan (1) Kelas A4 (1) Kelas XII (1) Kemendikbud (3) Kemendiknas (1) Kemneterian Pendidikan dan Kebudayaan (1) Kepala Sekolah (1) Kesehatan (3) KH. Abdurrahman Wahid (1) Kiat Jitu (1) Komik (1) Komunitas (1) kosmetika (1) Kota Batu (1) Kota Malang (5) Kuliah (1) kuliner (1) kusti (2) launching (1) Lingkungan (1) LIPI (1) Lowongan (1) Lulusan 2008 (1) M. Nuh (1) Mahasiswa (2) Mahasiswa Baru (2) Mahkamah Konstitusi (1) maknyus (1) Malang (3) Malang Raya (1) Malangsuko (1) Malaysia (1) Matematika (1) Mendiknas (1) Mendit (1) Menkominfo (1) Menulis (2) Menulis Ilmiah (1) Minat Baca (1) Motto Kelas (1) nDangdut (1) Nostalgia (2) Otonomi Daerah (1) Pahlawan Nasional (1) pak temun (1) Pancasila (1) panggung terbuka (1) Pelajar (1) Pelajaran (1) Pemerintah (1) Pendidikan (11) Pendidikan Nasional (6) Penelitian Ilmiah Remaja (2) Perbankan (1) Perguruan Tinggi (3) Perguruan Tinggi Swasta (2) Permen Karet (1) Pertamina (2) Pilkada (1) PMP (1) PMR (1) Pornografi (1) pramuka (2) Precet (1) Profil (2) PTN (3) PTS (1) Redaksi (1) remaja (2) reuni (5) Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (3) Riset (1) RSBI (4) Rujak Cingur (1) S-1 (1) S1 (1) S2 (1) S3 (1) Sains (1) Sarjana (1) SBI (1) SD (5) Sejarah (3) Sekolah Hijau (1) Sepakbola (2) sepeda (1) Situs (1) SMA (17) SMA Kebon Tebu (1) SMAN 1 Malang (1) sman tumpang (3) SMANETA (10) Smansa (1) SMK (1) SMKN Turen (1) SMP (4) SNMPTN (2) SNMPTN Online (1) soeharto (1) STT Telkom (1) sugeng hadiono (1) Sukoanyar (1) Surabaya (1) Tahun 2013 (1) Tahun Baru (1) Taiwan (1) Tawuran (1) teknologi (3) Tes Online (1) Tips (5) Tomik HS (1) Trik (1) Try Out Online (1) Tulus Ayu (1) Tumpang (2) UAN (2) UASBN (1) UGM (2) UI (1) Ujian (2) Ujian Akhir Nasional (1) Ujian Nasional (5) Ujian Nasional 2010 (1) Ujian Nasional 2011 (1) Ujian Nasional 2012 (1) UM (1) UMB (1) UN (7) UN 2010 (5) UN 2012 (1) Universitas (1) Universitas Brawijaya (1) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (1) Universitas Paramadina (1) UNS Solo (1) Virus (1) wafat (1) Wakil Gubernur (1) website (2) Wendit Water park (1) Wisata (2) wisnuwardhana-narasinghamurti (1) www.smantumpang.com (1)

Arsip Tulisan

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!