Jumat, 30 April 2010

Lagi-lagi, Kota Batu terendah tingkat kelulusan Ujian Nasional (Unas) se-Malang Raya untuk jenjang SMA/MA/SMK. Bahkan di sektor SMK angka kegagalan menjadi 29,88 persen dari sebelumnya hanya empat persen.

Mistin, Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu mengatakan angka itu disumbang 40 peserta titipan SMK Muhammadiyah 06 Lamongan, yang 50 persennya tidak lulus. “Memang untuk angka kelulusan SMK tahun ini jauh di bawah harapan kami. Tahun lalu memang di tingkatan SMK angka kegagalannya hanya empat persen saja,” beber Mistin.

Sementara, untuk SMA, Mistin mengaku cukup puas meskipun angka kelulusannya hanya 81 persen dari total 993 siswa. Apalagi sebelum Unas, Dinas Pendidikan Batu sudah cemas karena hasil try out jeblok. “Memang hasil Unas SMA sesuai prediksi kami. Tetapi kami juga tak sepenuhnya puas karena tahun ini yang mendapat nilai 10 untuk setiap mata pelajaran, hanya dua siswa. Padahal kami sudah menyediakan dana lebih bagi siswa yang mendapat nilai 10 akan diberi uang saku Rp 1 juta,” ujarnya.

Meskipun menyandang predikat kelulusan terendah se Malang Raya tetapi, Mistin tak terlalu gusar, karena masih ada Unas ulang. Mata pelajaran yang diikuti siswa gagal pun hanya yang nilainya di bawah standar minimum.

“Jadi selama dua pekan ke depan kami akan mengumpulkan siswa yang tak lulus Unas tahap pertama ini untuk diberi pendalaman materi lagi. Saya harap upaya ini mampu menggenjot angka kelulusan total nantinya,” tandas Mistin.
***
sumber: Surya Online

Kamis, 29 April 2010

Sedikitnya 3.145 siswa dari 27.748 siswa SMA sederajat (SMA, SMK, dan MA) di Malang Raya tidak lulus ujian nasional (UN) utama yang akan diumumkan hari ini. Mereka pun wajib mengulang ujian tahap dua (UN II) 10-14 Mei mendatang.

Di Kota Malang, dari 13.460 siswa SMA/SMK/MA yang mengikuti UN, hanya 11.723 yang berhasil lulus dengan nilai di atas 5,5 sesuai standar minimal UN 2010. Dengam begitu, 1.737 siswa yang dinyatakan tak lulus UN utama.

Rinciannya, untuk tingkat SMK angka ketidaklulusannya mencapai 1.422 atau 18,02 persen dari 7.976 siswa yang mengikuti UN utama. Sedang untuk tingkat SMA/MA, pengklasifikasiannya didasarkan pada jurusan.

Untuk jurusan IPA, dari 2.585 siswa yang ikut UN, sebanyak 68 siswa atau 2,63 persen yang tak lulus. Program IPS, dari 2.615 siswa ternyata yang tak lulus mencapai 205 siswa atau 7,84 persen. Sementara untuk jurusan bahasa, angka ketidaklulusannya mencapai 42 siswa atau 14,79 persen. Padahal jumlah siswanya hanya 282 peserta.

Meski banyak siswa yang tidak lulus ujian, Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Malang optimistis angka itu akan menjadi nol pada awal bulan depan. Sebab, ada kesempatan untuk mengikuti ujian ulangan yang akan digelar mulai 10 Mei mendatang.

"Sekarang ini kan belum final. Setelah ikut ujian susulan nanti baru final, dan nanti akan habis (lulus semua)," kata Kadiknas Kota Malang Shofwan di sela-sela jalan sehat lunas PBB, siang kemarin.

Shofwan menegaskan, diknas memiliki alasan cukup kuat para pelajar yang tidak lulus itu bakal lolos saat ujian susulan nanti. Itu karena rata-rata hanya satu mata pelajaran yang tidak lulus. Di SMA, rata-rata yang tidak lulus pada mata pelajaran matematika dan Bahasa Inggris. Sedangkan, pada SMK ada tambahan materi ujian pada tahun ini tentang teori produksi. "Se-Jawa Timur angka ketidaklulusan teori produksi sangat tinggi. Dan mereka bisa mengulang," kata dia.

Shofwan menilai angka ketidaklulusan itu jauh lebih rendah dari hasil tryout yang diselenggarakan sebelumnya. Pada tingkat SMA, yang melakukan pengulangan tryout mencapai 20 persen. "Realitasnya kan hanya 5 persen yang mengulang," ujar dia.

Kondisi serupa juga terjadi di tingkat SMK. Dari tryout yang dilakukan sebelumnya sebanyak 22 persen yang harus mengulang. Tapi, kata dia, kenyataan yang mengulang sebanyak 18 persen. "Prosentase ini juga lebih rendah dibanding daerah lain yang rata-rata mencapai 30 persen," kata dia.

Shofwan juga mengatakan ada 10 lembaga yang memiliki 100 persen angka kelulusan. Yakni, SMAN 10, SMAK St Maria, SMAK St Yusuf, SMA Muhammadiyah 1, SMA Kertanegara, SMA Muhammadiyah 3, dan SMA Darul Ulum Agung. Sedang, untuk tingkat SMK dengan kelulusan 100 persen pada SMK Telkom. "Secara keseluruhan, nilai rata-rata di atas 45-50," katanya.

Sementara, Wali Kota Peni Suparto menandaskan, kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai rata-rata. Dan kenyataannya, nilai rata-rata siswa terus meningkat dari tahun ke tahun. "Berkualitas tidaknya kan di situ ukurannya, ada peningkatan nilai rata-rata," kata Peni.

Peni lantas memberikan penegasan bahwa pendidikan itu memiliki tiga tujuan. Yakni, untuk menambah pengetahuan, keterampilan atau skill, dan perubahan sikap. Dia lantas mencontohkan pada perubahan sikap itu dari yang kurang sadar pada aturan menjadi lebih sadar.

Pada pelaksanaan pengumuman, Peni berharap tidak ada konvoi atau arak-arakan kendaraan roda dua oleh para pelajar. Sebaliknya dia berharap, ada yang menampung luapan kegembiraan para pelajar itu dalam sebuah kegiatan. "Pawai motor hias di malam hari atau seperti apa. Mereka harus difasilitasi dan ada yang mendesain sedemikian rupa," kata dia.
***
Sumber: jawapos.co.id

Rabu, 28 April 2010

Di Kabupaten Malang, tingkat kelulusan siswa SMA sederajat juga masih tergolong tinggi. Dari 5.466 siswa yang ikut UN, 274 siswa harus mengulang. Sedangkan yang dinyatakan lulus dan tidak perlu mengulang UN mencapai 5.192 siswa. Mayoritas ketidaklulusan terbesar dari sekolah swasta.

"Persentase kelulusannya mencapai 94,99 persen. Beda tipis dari tahun kemarin yang mencapai 94,54 persen," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang, Suwandi.

Begitu juga untuk tingkat kelulusan pelajar SMK di kabupaten. Dari 7109 siswa yang ikut UN, 703 siswa di antaranya dinyatakan harus mengulang. Yang sudah dinyatakan lulus dan tidak perlu mengulang mencapai 6.409 siswa.

Ada sejumlah pelajaran yang membuat siswa tak lulus UN utama. Di antaranya, untuk SMA jurusan IPA bidang pelajaran Biologi dan Bahasa Inggris. Sedang jurusan IPS, mata pelajaran Sosiologi dan Bahasa Inggris dan jurusan bahasa didominasi pelajaran Antropologi.

"Kami sudah kumpulkan semua kepala sekolah yang siswanya banyak tidak lulus. Mereka kami minta agar mempersiapkan lebih matang agar bisa lulus 100 persen," beber Suwandi.

Begitu juga sekolah swasta yang siswanya banyak tidak lulus. Suwandi mengancam akan membekukan izin operasionalnya. Mereka akan dilebur dengan sekolah swasta yang lain. Selain jumlah siswanya sangat sedikit, hasil UN selalu jemblok dan hampir rata-rata banyak yang tidak lulus.

Bahkan saat pelaksanaan UN, banyak siswa dari sekolah swasta tidak ikut UN tanpa memberikan keterangan apapun. Saat ditegur, sekolah juga mengaku tidak tahu. Sedang mereka sudah masuk dalam nominasi UN.

Karena itu, dalam waktu dekat Suwandi akan memanggil kepala sekolah, ketua yayasan, atau komite sekolah swasta. Kalau sudah tidak sanggup mengelola, akan dibekukan izinnya atau dilebur ke sekolah lain. "Jumlah siswa sedikit, tingkat ketidakkelulusannya sangat tinggi. Itu yang kami rasa akan dibekukan izinnya. Agar sekolah swasta juga bisa konsentrasi mendidik anak negeri ini," beber Suwandi.
***
Sumber: jawapos.co.id

Selasa, 27 April 2010

Hasil Ujian Nasional siswa jurusan Bahasa SMAN 1 (Smansa) Malang telah menyelamatkan muka Malang yang berpredikat Kota Pendidikan ini.

Berdasarkan rekapitulasi hasil Unas yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Trias Desy Aristanti, siswa Bahasa SMAN 1 Malang menempati posisi kedua program Bahasa se-Jatim dengan nilai 52.90, hanya terpaut 0.30 dari peringkat pertama Zainur Rahmah dari SMAN 2 Nganjuk dengan nilai 53.20.

Dengan prestasi itu, Trias menyelamatkan muka Kota Malang yang selama ini dikenal berpredikat Kota Pendidikan, karena tidak ada siswa Kota Malang lain yang masuk 10 besar Jatim pada program IPA maupun IPS. Kelas Bahasa Smansa juga menolong Kota Malang karena menempati urutan ke-9 SMA/MA Bahasa se Jatim dengan nilai 48,51. Sementara itu, para pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Malang masih bisa berlega hati karena SMAN 1 Kepanjen menempati ranking ke-7 SMA/MA IPS dengan total nilai 50,51.

Namun ada kelegaan lain pada Kadis Pendidikan Kota Malang, HM Shofwan, yaitu persentase kelulusan yang meningkat dari 2009. Tahun ini, peserta Unas SMA yang tidak lulus sebanyak 247 siswa, sedang untuk MA mencapai 68 siswa. ”Alhamdulillah yang harus mengulang hanya sekitar lima persen dari total peserta Unas SMA/MA, 5.484 siswa. Tahun lalu, angkanya 13 persen” kata Shofwan kepada Surya di Balai Kota Malang.

Menurut Shofwan, angka kelulusan siswa SMA/MA tahun 2010 ini di atas target berdasarkan hasil try out. Saat itu, angka ketidaklulusan dipatok 20 persen.

Untuk siswa gagal di sekolah favorit seperti SMAN 3 dan SMAN 4 masing-masing satu siswa dan empat siswa. Sekalipun yang gagal mencapai ratusan siswa, Shofwan merasa optimistis angka ketidaklulusan itu dapat ditekan hingga tinggal 1 persen. Sebab, mereka yang tak lulus UN masih diberi kesempatan mengulang pada 10 Mei 2010.

Dipaksakan

Tingkat ketidaklulusan siswa SMA/SMK di Kabupaten Malang yang mengikuti ujian nasional (Unas) tahun ini turun satu persen dibanding tahun lalu. Jumlah siswa yang tak lulus tahun ini 978 siswa, dengan terdiri siswa SMA sebanyak 274 sedang SMK sebanyak 703.

Drs Suwandi MSi, Kepala Dinas Pendidikan (Kadiknas) Kabupaten Malang mengatakan, menurunnya tingkat kelulusan siswa yang mengikuti Unas itu karena banyak hal, antara lain banyak sekolah tak sesuai standar pendidikan nasional namun dipaksakan. Itu kebanyakan didominasi sekolah swasta. Misalnya, sarana belajar belum memadai dan kemampuan guru belum maksimal. Akibatnya, yang jadi korban adalah siswanya. Karena itu, tahun depan, Suwandi berjanji akan meningkatkan kualitas sekolah swasta.

“Kami juga merasa kasihan pada siswanya. Padahal, jauh-jauh hari kami sudah mengimbau pada sekolah swasta agar siswanya dipersiapkan benar menghadapi Unas ini. Namun kalau faktanya seperti ini kami akan memberikan atensi khusus pada sekolah yang banyak siswanya tak lulus. Bagi siswa yang tak lulus Unas, mereka bisa mengikiti ujian ulang pada 10 Mei mendatang,” kata Suwandi.
***
Sumber: Surya Online

Senin, 26 April 2010

Hasil Ujian Nasional (UN) SMA sederajat di Malang Raya, jeblok. Setidaknya begitulah gambaran data yang dikeluarkan kantor Pendidikan Nasional (Diknas) Jatim. Sebab, dari 15.895 peserta SMA dan sederajat, siswa yang tidak lulus mencapai 2.387 atau 15,01 persen.

Dikonfirmasi soal di atas, Suwanto Kadiknas Jatim mengelak, kalau hasil UN Malang Raya dikategorikan jeblok. Pasalnya, mereka yang tidak lulus masih memiliki kesempatan untuk menempuh UN ulangan 10 Mei mendatang. ‘’Sementara angkanya seperti itu. Soal baik atau tidak, tergantung dari mana kita melihatnya,’’ tandas Suwanto, Senin sore.

Dari data yang dikeluarkan Diknas Jatim menunjukkan, jumlah siswa yang tidak lulus untuk Kota Malang, naik cukup drastis. Buktinya, dari 7.976 peserta UN 2010 yang tidak lulus mencapai 1.442 atau 18,08 persen. Angka ini melambung hamper dua kali lipat dibanding ketidaklulusan tahun 2009 yang hanya 826 siswa.

Karena hasil itulah, ketika Suwanto ditanya soal peringkat kelulusan untuk Kota Malang, enggan menjawabnya. Bahkan, Suwanto wanti-wanti agar tidak usah menyebutkan materi peringkat atau ranking kelulusan di Malang. ‘’Tidak usalah, soal itu (kelulusan). Karena sangat peka sekali,’’ elaknya dengan nada kalem.

Kondisi lebih menyakitkan terjadi di Kota Wisata Batu. Hasil UN 2010 dari 810 peserta yang dinyatakan lulus hanya 568 orang dan yang tidak lulus mencapai 242 siswa atau 29,88 persen.

Hasil ini, bisa jadi, tetap akan menempatkan Kota Batu sebagai juru kunci tingkat kelulusan UN 2010 di Jatim. Sebab, tahun 2009 lalu, Kota Batu menduduki peringkat ke 38 dari 38 kabupaten kota di Jatim.
Sementara itu, hasil UN SMA sederajat untuk Kabupaten Malang, jauh lebih baik dibanding dua kota se Malang Raya tadi. Pada pelaksanaan UN 2010 SMA sederajat dari 7.109 peserta, yang dinyatakan tidak lulus ‘hanya’ 703 peserta atau setara 9,89 persen. Hasil ini kemungkinan akan mengerek posisi peringkat kelulusan Kabupaten Malang dari yang tahun 2009 di posisi 34 ke posisi lebih baik.

Jika dihitung secara global, angka ketidaklulusan di Malang Raya sebenarnya masih cukup memprihatinkan. Buktinya, dari 15.895 peserta UN 2010, yang tidak lulus mencapai 2.387 siswa atau 15,01 persen. Padahal, tahun 2009, angka ketidaklulusan di Malang Raya masih bertengger dikisaran 14,1 persen.

Dikatakan Suwanto, indikator untuk menetapkan peringkat kelulusan setiap daerah sangat banyak sekali. Dengan kata lain, angka ketidaklulusan saja belum bisa dijadikan ukuran daerah itu hasil UN di daerah tersebut baik atau tidak baik. Selain itu, peserta yang tidak lulus masih diberi kesempatan untuk mengikuti UN ulangan.

‘’Lebih baik, kepala diknas se Malang Raya kosentrasi untuk mendata dan mengelompokkan siswanya, yang akan UN ulangan. Karena, data akhir harus masuk 28 April. Data ini sangat diperlukan menyangkut kebutuhan materi bahan UN ulangan pada 10 Mei mendatang,’’ tandasnya.

Ditambahkan dia, siswa yang memiliki kesempatan mengikuti UN ulangan diminta mempersiapkan diri. Pengalaman ketika mengerjakan soal-soal UN yang pertama bisa dijadikan tumpuan untuk memperbaiki cara belajar. ‘’Saya yakin, hasilnya akan lebih dibanding UN sebelumnya,’’ tuturnya.
***
sumber: malang-post.com

Minggu, 25 April 2010

Indonesia berhasil menjadi juara umum pada Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat Dunia Ke-17 atau 17th International Conference of Young Scientists (ICYS) pada 12-17 April 2010 di Denpasar, Bali. Tim Indonesia yang berkompetisi di semua bidang lomba, yakni Ilmu Fisika, Matematika, Komputer, dan Ekologi meraih tujuh medali emas, satu medali perak, dan tiga medali perunggu. Prestasi ini mengulang kesuksesan Indonesia pada ajang yang sama tahun lalu di Pszcyna, Polandia.

Tujuh medali emas masing-masing diraih oleh Florencia V.Vaniara/Evelyn L.Wibowo dengan judul penelitian 'Effect of Stem Cell and Mangosteen Peel Extact on Abnormal Cells', Muhammad Kautsar/Dian Sartika Sari/Dhicha Putri Maharani/Hidayu Permata Hardi (Sweitenia Oil:The Use of Mahagony Seed os Bio-Oil Alternative and The Use of Production Waste as Electris Mosquito Repellent). Kemudian Oki Novendra (Mathematical Explamation on the Death of Michael Jackson), Dwiky Rendra Graha Subekti (Big Match:" Suka Kelor" Caramel vs Malnutrition), Sonny Lazuardi Hermawan (Portable Protection Everywhere), Miftah Yama Fauzan (Development of Smart Electric Gun with Adaptive Bullet Speed), dan Andreas Widy Purnomo/Aldo Vitus Wirawan (Green Energy Source: Centripetal Water Turbine).

Sementara medali perak diraih oleh Aria Dhanang Dewangga dan medali perunggu masing-masing diraih oleh Dita Nurtjahya, Fauqia Tambunan/Bening Embun Pagi/Alan Suherman, dan Rizal Panji Islami/Fahmi Maulana Ainul Yakin/Ikhsan Britama. Tim Indonesia juga meraih best performance atas nama Dwiky Rendra Graha Subekti untuk bidang Environmental Sciences dan Ilham Naharudinsya/ Ardelia Djati Safira/Satria Putra Adhitama untuk bidang Basic Mathematics.

Adapun peringkat kedua diraih oleh Jerman dengan dua medali emas, satu medali perak, dan empat medali perunggu, sedangkan peringkat ketiga diraih oleh Rusia dengan dua medali emas, satu medali perak, dan tiga medali perunggu. Peringkat berikutnya berturut-turut ditempati Belanda, Belarusia, dan Polandia masing-masing meraih satu medali emas.

Sekretaris Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, Bambang Indriyanto, mengatakan, keberhasilan siswa Indonesia menjadi juara umum ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak kalah dengan negara-nengara lain terutama Eropa Timur dan sebagian dari Eropa Barat seperti Jerman dan Belanda. "Kami tahu negara-negara Eropa Timur adalah negara-negara yang kuat di bidang sains, tapi kami menunjukkan bahwa Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan mereka," katanya usai penutupan acara penyerahan penghargaan pemenang di Hotel Inna Grand Bali Beach, Denpasar, Bali, Jumat (16/4).

Bambang menyampaikan, keberhasilan ini menunjukkan bahwa potensi akademik siswa Indonesia lebih baik dibandingkan dengan siswa dari luar negeri termasuk. Namun permasalahannya, kata dia, adalah bagaimana mengembangkan atau mengartikulasikan potensi-potensi akademik mereka itu menjadi suatu hal yang menjadikan mereka lebih siap atau lebih menyenangi bidang-bidang sain, yang kebanyakan siswa lain tidak begitu menyukai.

Peran pemerintah, lanjut Bambang, adalah akan menjamin bahwa proses pendidikan nondiskriminatif. "Pemerintah juga akan menyelenggarakan kompetisi semacam ini, yang dimulai pada tingkat kabupaten, kota, provinsi, dan nasional. Sekarang sudah ada olimpiade sains dan lomba penelitian ilmiah remaja, yang akan kami bina tidak hanya berorientasi pada tingkat nasional, tetapi kami sudah berpikir bagaimana mengembangkan sampai dengan tingkat internasional, " katanya.

Ajang ICYS ke-17 diikuti oleh 13 negara peserta dan 20 tim. Negara-negara peserta, yakni Belarusia, Brasil, Kroasia, Jerman, Georgia, Hongaria, Indonesia, Belanda, Polandia, Rumania, Rusia, Turki, dan Ukraina. Turut berpartisipasi enam negara observer, yakni Iran, Inggris, Thailand, Nigeria, Laos, dan Kamboja. Lomba ini diadakan setiap tahun guna menggali potensi peneliti muda yang kelak dapat berperan dalam penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh umat manusia di dunia.
***
sumber: republika online




Sabtu, 24 April 2010

Bagi kamu yang selama ini tertarik dan tekun melakukan beragam aktivitas peduli pelestarian lingkungan hidup, sebuah kesempatan hadir untuk melakukan studi lapangan ke Jerman.

PT Bayer Indonesia mengundang kaum muda peduli lingkungan yang memiliki komitmen terhadap perlindungan lingkungan hidup, serta kepemimpinan dan dedikasi tinggi terhadap pelestarian lingkungan hidup, baik di kampus maupun komunitas untuk menjadi Bayer Young Environmental Envoy.

Melalui program ini, empat duta muda lingkungan yang terpilih akan memperoleh kesempatan mengikuti studi lapangan ke Jerman. Mereka akan bertemu dengan utusan dari 18 negara lainnya untuk mempelajari spektrum baru pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan kalangan industri di Jerman.

Syarat-syaratnya, peserta adalah mahasiswa Indonesia yang terdaftar di perguruan tinggi atau sekolah tinggi di Indonesia berusia 18-24 tahun pada 1 September 2010. Selain harus aktif dalam kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan, peserta juga harus cakap berkomunikasi dalam bahasa Inggris, baik lisan maupun tulisan.

Aplikasi pendaftaran diterima paling lambat 19 Mei 2010. Informasi pendaftaran dan lain-lainnya yang lebih detail bisa dilihat dan diunduh di: http://www.bayeryoungenvoy.com/en/default.aspx




Jumat, 23 April 2010

Setelah Ujian Nasional (UN) untuk siswa sekolah menengah pertama (SMP) berakhir pada hari Kamis (1/4/2010), maka tinggal penyelenggaraan ujian kelulusan untuk sekolah dasar (SD). Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) akan digelar pada tanggal 4-6 Mei mendatang.

Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Teuku Ramli Zakaria mengatakan, rencananya akan diikuti oleh 4.428.797 peserta di seluruh Indonesia. "Namun, beda dengan SMP dan SMA, kelulusan SD diserahkan kepada sekolah," katanya dalam keterangan pers di Kemdiknas.

Hal ini, lanjut Ramli, disebabkan SD masih termasuk dalam program Wajib Belajar (Wajar) sehingga tidak bisa disamaratakan di seluruh daerah. Oleh karena itu, penyelenggaraannya pun diserahkan kepada provinsi. Proporsi soal didominasi oleh soal-soal dari daerah. Sekitar 75 persen dari 50 soal UASBN akan dibuat oleh daerah, sedangkan 25 persen lainnya dibuat oleh pusat dan akan dikirim ke daerah. "Karena daerah sendiri yang tahu standar daerahnya," ungkapnya.

Sementara itu, Ramli juga menyatakan, seluruh daerah mengaku sudah siap untuk menyelenggarakan UASBN meski waktu penyelenggaraannya masih lama. "Di daerah yang saya kunjungi, misalnya, di Batam sudah dicetak soal. Tinggal dibagikan ke daerah dan sekolah," tandasnya.
***
sumber: edukasi.kompas.com




Kamis, 22 April 2010

Pengumuman kelulusan ujian nasional SMA sederajat ditargetkan pada Senin (26/4/2010). Dalam pekan ini, pemerintah akan menyelesaikan pengiriman hasil penilaian UN ke semua sekolah di Tanah Air.

Mungin Eddy Wibowo, anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Jakarta, Rabu (21/4/2010), menjelaskan bahwa pengumuman kelulusan memang dijadwalkan pada 26 April 2010. "Tetapi kewenangan mengumumkan kepada siswa tetap diserahkan pada kebijakan masing-masing sekolah," ujar Mungin.

Mungin mengatakan, siswa yang tidak lulus bisa langsung mendaftar ke sekolah untuk ikut UN ulangan. Pelaksanaan UN ulangan sendiri akan dimulai pada 10 Mei 2010 dan merupakan kebijakan pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang tidak lulus untuk tetap bisa mendapatkan ijazah kelulusan sekolah formal.

"Nanti, siswa akan ikut UN ulangan bersama siswa lain. Jadi, siswa dari sekolah berbeda akan bergabung di tempat-tempat yang sudah ditentukan," ungkap Mungin.

Pelaksanaan UN ulangan seperti layaknya UN utama. Pada minggu ini, master copy UN ulangan akan didistribusikan ke daerah-daerah untuk dicetak.

Mungin mengatakan, siswa yang tidak lulus UN bisa mengulang sebagian atau semua mata pelajaran UN yang tidak memenuhi nilai minimal. Adapun kelulusan siswa diambil berdasarkan nilai rata-rata 5,5 untuk semua pelajaran.
***
sumber: edukasi.kompas.com




Kamis, 15 April 2010

AKHIR bulan lalu, Rosari Saleh terlihat san tai di sebuah kedai kopi di sebuah mal di bilangan Jakarta Selatan. Profesor yang juga Guru Besar Fisika Universitas Indonesia itu tampil kasual dengan kemeja kotak-kotak dan celana jins belel. Dia hadir bersama dua rekannya.

Gaya bicara perempuan ini juga jauh dari kesan serius, meski sesungguhnya sosok ini sangat serius berniat membumikan fisika agar tidak menjadi momok bagi siswa.

Dua tahun lalu, perempuan yang akrab dipanggil Prof Oca ini membidani komunitas Kucing Fisika. Tujuannya, kata Oca, untuk menjangkau siswa setingkat SMA dan menunjukkan bahwa fisika merupakan ilmu yang menyenangkan.

"Misalnya dengan mengunduh video dari kegiatan-kegiatan sederhana yang bisa menjelaskan sebuah teori fisika," ucapnya.

Sebelumnya, Oca pernah berusaha menjangkau guru pengajar fisika di tingkat SMP dan SMA. Namun, ia mengaku sedikit kesulitan. "Walau tidak semua, beberapa guru fisika yang pernah saya ajar belum memiliki semangat untuk mau mencari literatur dan berinovasi dengan fisika. Karena mereka harus melakukan hal-hal lain untuk menopang keluarga," terangnya.

Oca pun mencoba hal lain dengan membuat situs beralamat www.kucingfisika.com, termasuk melakukan demonstrasi dengan peralatan sederhana di sekolahsekolah. Respons yang dituai ternyata mengagumkan. Belum genap dua tahun didirikan, komunitas ini telah berhasil menjaring sebanyak 17 ribu pengguna untuk bergabung di situs resmi tersebut. "Saya ingin membumikan fisika. Mencari cara agar masyarakat tidak memandang fisika sebagai momok," ucapnya serius.

Kolaborasi Oca sadar betul fisika tidak dapat berdiri sendiri. Dia mengajukan contoh, "Misalnya panel surya. Memang betul ilmuwan fisika mengembangkan panel surya. Namun, tapi kita juga butuh tim manajemen, sosiolog, budayawan, sampai ahli hukum untuk membuatnya dekat dengan masyarakat," terang Oca seraya mengangkat cangkir kopinya.

Sore itu, sepotong ide mengalir dari Oca dan dua orang teman diskusinya, yakni almunus FISIP dan Fakultas Hukum UI. "Yuk, kita buat pelajaran tentang ilmu forensik. Di sana ada unsur hukum, kriminologi, science, dan kedokteran. Biar semua bisa terintegrasi," ucapnya.

Oca sendiri kini tengah meneliti reaksi virus H5N1 dan virus HIV terhadap obat secara simulasi komputasi. Selain itu, Oca menekuni penelitian partikel nano. Kesengsem fisika Sebelum menggeluti dunia fisika, Oca mengaku bukan pecandu fisika. "Saya tercemplung masuk jurusan Fisika UI," ucap Oca lalu tertawa.

Awalnya, ia mengincar jurusan teknik sebagai labuhan menuntut ilmu selepas SMA. "Tahun pertama saya sempat mau pindah jurusan, tapi tesnya selalu bentrok dengan ujian di kampus."

Hingga menyandang gelar sarjana sains pada 1985, Oca sangat tidakpuas terhadap apa yang dipelajarinya selama empat tahun. "Di kuliah kita belajar, ujian, lalu lulus. Tanpa tahu, apa yang sebenarnya kita pelajari," ungkap Oca.

Berangkat dari rasa penasaran tersebut, Oca mencicipi fisika di 'Negeri Panser ', Jerman. Oca melanjutkan studi di Universitas Marburg, Jerman, dua bulan berselang setelah kelulusannya di UI. Dia mendapatkan gelar doktor fisika di Universitas Marburg pada 1990.

Di sana, semua pertanyaan tentang 'apa sebenarnya fisika' yang selama ini berkecamuk dalam dirinya terjawab melalui seorang profesor bernama Peter Thomas.

Di kelas teori fisika yang diampu Peter, Oca selalu diminta duduk di barisan terdepan. Peter juga yang menjadi inspirator Oca untuk memahami berbagai teori fisika melalui kejadian seharihari. Salah satu contohnya adalah saat Peter menjelaskan tentang teori interaksi antarpartikel. Oca mengaku biasanya ia mendapatkan teori ini melalui rumus-rumus yang memusingkan kepala.

Namun, kali itu, sang profesor malah menyodorkan gambar dua buah apartemen, dan menjelaskan teori tersebut melalui interaksi yang terjadi antarpenghuninya. "Di sinilah saya sadar bahwa fisika seharusnya menyenangkan. Ia memang bukan suatu ilmu yang mudah, tapi fisika itu fun!" ucapnya bersemangat.

Setelah meraih gelar doktor di Jerman, sang ayah menyarankan Oca untuk mengambil jalur akademis untuk berkarier. "Ayah saya hanya bilang, bantulah almamatermu," lanjut Oca. Ia pun setuju untuk mengabdikan ilmunya kepada dunia pendidikan Indonesia setelah menyelesaikan program pascadoktoral di Jerman selama tiga tahun.

Oca bergabung dengan para pengajar di Jurusan Fisika UI sejak 1993. "Kalau saya sudah suntuk di Indonesia, biasanya saya luangkan waktu 2-3 bulan untuk mengunjungi mereka dan bercerita banyak hal," tandasnya lalu tersenyum.

Menghindari kegamangan
Dengan semangat bergelora, Oca mengawali kariernya sebagai staf pengajar di UI. Namun, Oca kerap kesal mendapati kenyataan yang ia temui pada diri anak didiknya. Ia mengaku ada jarak besar antara kemampuan maha siswa dan kesiapan mereka mempelajari teori-teori fisika yang diajarkan. "Saya ngajar mahasiswa semester enam. Saya merasa kemampuan mereka sebelum semester itu masih agak kurang," imbuhnya.

Oca pun putar otak untuk menghadapi tantangan itu. Selain meminta untuk mengajar di semester yang lebih awal, ia juga mengubah formulasi pengajaran. Di kelas fisika asuhan Oca, setiap siswa haram hukumnya bila hanya mengandalkan satu sumber literatur. Belum lagi, semua referensi yang diberikan Oca adalah berbahasa Inggris. "Standar yang saya dapat dari menuntut ilmu di Jerman itu masih saya pegang teguh di sini," kata perempuan berkacamata ini.

Ia tidak ingin mahasiswanya mengalami kegamangan yang sama seperti yang pernah ia alami setelah lulus kuliah. Untuk upaya yang satu itu, Oca mengaku belum puas meski beragam penghargaan telah diraih selama berkarier di dunia pendidikan.

"Setelah seorang peneliti mendapat penghargaan atau gelar, lalu untuk apa? Apakah gelar tersebut bisa bermanfaat untuk maha siswa dan masyarakat banyak? Jangan jadi seperti menara gading, setelah dapat penghargaan, terus seperti ondel-ondel saja," kata Oca lalu menderai tawa.
***
sumber: mediaindonesia.com




Rabu, 14 April 2010

Kontroversi konsumsi monosodium glutamate (MSG) atau penyedap rasa dalam makanan tak pernah usai. Asosiasi industri glutamat bersikeras MSG aman buat tubuh sebaliknya pakar kesehatan tak berhenti mengingatkan bahaya MSG.

Pelaku industri mengatakan glutamat buatan dalam MSG tidak berbeda dengan glutamat alami yang tertelan saat makan makanan yang mengandung protein.

Pelaku industri mencontohkan setengah sendok teh MSG dalam setiap 1 pound (0,45 kg) daging berisi kurang dari 10 persen kandungan glutamat alami yang ada dalam daging ayam.

Sebenarnya amankah konsumsi MSG untuk tubuh?

Dilansir dari herbsspices, Senin (11/4/2010), badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA) mengakui MSG sebagai produk aman yang sama amannya seperti garam, merica dan gula.

Asosiasi industri glutamat mengutip rekomendasi badan kesehatan dunia (WHO) yang membatasi konsumsi MSG yang aman adalah 1/3 ounce per hari atau 9,45 gram per hari.

Tapi seperti dilansir helium.com, MSG memiliki efek samping bagi anak-anak dan orang dewasa. MSG memang membuat masakan menjadi lebih gurih karena mengandung garam sodium dari asam glutamat tapi tidak mengandung nilai gizi selain hanya untuk meningkatkan cita rasanya.

MSG juga dimasukkan dalam kategori excitotoxin atau neurotoksin yang memiliki efek yang lama kelamaan (degeneratif) merusak otak dan sistem saraf.

Cara kerja MSG yang merusak saraf otak ini melalui selaput di dalam mulut ketika dimasuki aliran darah melalui makanan yang mengandung MSG.

MSG dibuat dengan menggunakan proses buatan yang memecah dan mengubah glutamat terikat ke dalam bentuk bebas. Glutamat bebas ini bisa memasuki aliran darah 10 kali lebih cepat dibanding glutamat alami.

Efek MSG dan excitotoxins menyebabkan orang akan makan lagi setelah makanan makanan yang mengandung MSG karena efek MSG dan excitotoxins memicu insulin, adrenalin, penyimpanan lemak, ketagihan untuk makan.

Seperti dikutip dari eHow, Senin (12/4/2010) ada beberapa efek samping yang bisa timbul setelah mengonsumsi MSG yaitu:
- Sensasi atau rasa terbakar di bagian belakang leher dan dada
- Mual
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Rasa haus dan mulut kering
- Pusing
- Mengantuk
- Serta adanya hasrat untuk mengonsumsi makanan lain.

Reaksi terhadap MSG ini bisa terjadi kapan saja, ada yang langsung terasa setelah mengonsumsi tapi ada juga yang baru terasa hingga dua hari kemudian.

Sedangkan salah satu efek lain dari MSG pada anak-anak adalah dapat memicu terjadinya serangan asma, karenanya bagi penderita asma diusahakan untuk menghindari penggunaan MSG.

Asam glutamate yang terkandung dalam MSG adalah suatu neurotransmitter yang dapat membangkitkan rasa pada sistem saraf. Pada beberapa orang tertentu dapat mengakibatkan masalah neurologis seperti perubahan mood, menjadi bingung dan timbul migrain.

Berdasarkan penelitian terhadap tikus di laboratorium ditemukan peningkatan peluang obesitas karena konsumsi MSG. MSG di dalam tikus muda memiliki risiko tiga kali lipat jumlah insulin dalam pankreasnya yang memicu obesitas. Laporan ini berjudul 'Sensory And Autonomic Nerve Changes In The Msg-Treated Rat: A Model Of Type II Diabetes' yang dibuat peneliti dari UAE University.

MSG cukup banyak terdapat dalam berbagai jenis makanan seperti makanan ringan, makanan yang bisa tahan lama atau pada makanan yang dijual bebas, sehingga terasa sulit untuk dihindari secara total.

Kadang-kadang produsen juga tak lagi menulis MSG di label makanannya. Tapi menulis dengan nama lain glutamat, calcium caseinate, yeast extract, hydrolyzed protein, textured protein, gelatino.

Konsumen yang harus memutuskan apakah MSG bermanfaat atau berbahaya karena MSG masih dibolehkan dalam makanan dan dianggap aman.

Tapi jika MSG membuat tidak nyaman dan menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan sebaiknya tidak lagi menggunakan MSG.
***
sumber: health.detik.com




Selasa, 13 April 2010

Paparan zat kimia yang banyak terdapat dalam produk sehari-hari, seperti kosmetik, diyakini bisa menyebabkan masa pubertas datang lebih dini atau terlambat dan berpotensi menganggu kesehatan jangka panjang.

Peringatan tersebut disampaikan sejumlah peneliti yang melakukan penelitian dengan melibatkan 1151 remaja putri berusia 6-8 tahun di New York City, Cincinnati dan California utara. Dalam tes urin mereka ditemukan tiga jenis zat kimia yang sering terdapat dalam produk kosmetik, yakni phenols, phthalates dan phytoestrogen.

Para peneliti menemukan bahwa zat-zat kimia tersebut banyak ditemukan pada beragam produk kosmetik, seperti cat kuku, kosemtik, parfum, lotion dan sampo. Beberapa jenis produk plastik juga menggunakan zat kimia itu.

Dalam kadar tinggi, phthalates dan phytoestrogen bisa menyebabkan payudara berkembang lebih dini. Phthalates yang terdapat dalam produk sampo dan lotion disebut-sebut menyebabkan rambut kemaluan lebih cepat tumbuh. Sementara itu zat kimia lain yang terdapat dalam produk plastik atau bahan bangunan diduga menyebabkan pubertas remaja terlambat.

"Paparan bahan-bahan kimia tersebut memengaruhi perkembangan kelenjar susu pada remaja putri. Dalam jangka panjang, zat kimia ini mungkin memengaruhi terjadinya kanker payudara di usia dewasa," kata Mary Wolff, profesor dari Mount Sinai School of Medicine.

Wolff menjelaskan, sebelumnya sebuah penelitian menyebutkan masa pubertas yang terlalu dini berpengaruh pada kehidupan sosial dan kesehatan anak. "Bisa menyebabkan diabetes atau kanker," katanya. Kendati demikian, Wolff menjelaskan masih dibutuhkan penelitian lebih dalam mengenai tiga jenis bahan kimia ini.
***
sumber: kesehatan.kompas.com




Senin, 12 April 2010

Sebanyak 250 ulama dari 14 negara menghadiri Konferensi Internasional I Aksi Umat Islam untuk Perubahan Iklim di Kota Bogor, Jumat (9/4/2010) hingga Sabtu (10/4/2010).

Mereka memantapkan akar-akar teologis soal kepedulian Islam terhadap lingkungan hidup. Mahmoud Akef, pendiri Earth Mate Dialog Center yang berbasis di London, Inggris, mengatakan, masalah lingkungan hidup banyak dibahas dalam Al Quran. Begitu juga dalam keseharian Nabi Muhammad, beliau banyak berbicara tentang perlunya menjaga lingkungan.

Ia mencontohkan tindakan para ulama 600 tahun silam di Masjid Solaimania di Istambul, Turki. Pada saat itu, prinsip mendaur ulang pun sudah dikenal. Mereka, yang saat itu menggunakan penerangan dari minyak/lilin, menangkap asap hitamnya sehingga tidak mengotori udara. "Jelaga yang terkumpul didaur ulang menjadi tinta," katanya.

Emil Salim, anggota Dewan Penasehat Presiden RI, seusai menjadi salah satu pembicara di konferensi tersebut, bercerita mengenai penyebab merosotnya peradaban Islam.

"Masalah ini (turunnya peradaban Islam) banyak terori. Salah satunya akibat buku-buku yang ditulis cendekia muslim dibakar saat Istambul diserbu (Mongol) pada abad ke-7. Setelah buku-buku habis, yang lebih berkembang masalah fikih Islam, cenderung menekankan pengajaran apa saja yang dilarang. Misalnya, umat Islam tidak boleh membunuh, tidak boleh ini, tidak boleh itu," katanya.

Menurut dia, hal itu berlanjut hingga kini, termasuk di Indonesia. Misalnya dalam menyikapi soal pornografi. "Penggunaan kata bernada larangan atau negatif itu cenderung mengukung pemikiran. Karena itu, Al Quran jangan hanya dibaca, tetapi juga dipelajari dan dipahami," katanya.

Menurut dia, ajaran tentang shalat harus menghadap kiblat melahirkan ilmu astronomi. Adapun ajaran soal Allah menciptakan manusia dari segumpal darah melahirkan ilmu kedokteran.

Mengenai perubahan iklim, mantan Menteri Lingkungan Hidup era Presiden Soeharto itu menuding bahwa masalah itu adalah akibat dari kesalahan kebijakan pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi, memelihara lingkungan tidak dimasukkan dalam biaya produksi. "Akibatnya, keharusan ada analisis dampak lingkungan dan pengolahan limbah tidak dilakukan dengan baik, bahkan diabaikan karena dianggap hanya membebani ongkos produksi," katanya.
***
sumber: sains.kompas.com




Labels

Alumni (21) Amerika Serikat (1) Angkatan 1995 (1) Anti Korupsi (1) Arab Saudi (1) Arema Malang (1) Artikel (8) ASEAN (1) ay kusnadi (1) Ayusta (1) Bahasa (2) Balitjestro 2008 (1) Bandung (1) Bank Mandiri (1) Bantuan Operasional Sekolah (1) barongan (1) Basketball (1) bca (1) Beasiswa (19) Berita (3) berita duka (1) BHMN (1) Bimbel (1) Biodiversity (1) Bisnis (1) bisnis online (1) Blog (5) bondan winarno (1) BOS (3) Buku (1) Buku Paket (1) Bulan Bahasa (1) Bullying (1) Bursa Kerja (1) Candi Kidal (1) Class Meeting (1) Dee (1) dollar gratis (1) Dumpul (1) dunia maya (1) Ekstrakurikuler (5) Facebook (2) Fair Play (1) Fisika (1) Friendster (1) Futsal (1) gado gado (1) Global Warming (1) Google (1) Gunung Tabor (1) Guru (10) Gus Dur (1) HUT ke-30 (1) IKAPALA (1) imam gozali (1) Inggris (1) Inspirasi (1) Internet (1) IPB (1) Iptek (3) Istana Negara (2) ITB (1) Jabodetabek (1) Jambi (1) Jawa Timur (4) Jepang (1) jerman (3) Jeru (1) Jilu (1) Jombang (1) Jusuf Kalla (1) Kabupaten Malang (4) kampus (1) karir.com (1) Kegiatan (1) Kelas A4 (1) Kelas XII (1) Kemendikbud (3) Kemendiknas (1) Kemneterian Pendidikan dan Kebudayaan (1) Kepala Sekolah (1) Kesehatan (3) KH. Abdurrahman Wahid (1) Kiat Jitu (1) Komik (1) Komunitas (1) kosmetika (1) Kota Batu (1) Kota Malang (5) Kuliah (1) kuliner (1) kusti (2) launching (1) Lingkungan (1) LIPI (1) Lowongan (1) Lulusan 2008 (1) M. Nuh (1) Mahasiswa (2) Mahasiswa Baru (2) Mahkamah Konstitusi (1) maknyus (1) Malang (3) Malang Raya (1) Malangsuko (1) Malaysia (1) Matematika (1) Mendiknas (1) Mendit (1) Menkominfo (1) Menulis (2) Menulis Ilmiah (1) Minat Baca (1) Motto Kelas (1) nDangdut (1) Nostalgia (2) Otonomi Daerah (1) Pahlawan Nasional (1) pak temun (1) Pancasila (1) panggung terbuka (1) Pelajar (1) Pelajaran (1) Pemerintah (1) Pendidikan (11) Pendidikan Nasional (6) Penelitian Ilmiah Remaja (2) Perbankan (1) Perguruan Tinggi (3) Perguruan Tinggi Swasta (2) Permen Karet (1) Pertamina (2) Pilkada (1) PMP (1) PMR (1) Pornografi (1) pramuka (2) Precet (1) Profil (2) PTN (3) PTS (1) Redaksi (1) remaja (2) reuni (5) Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (3) Riset (1) RSBI (4) Rujak Cingur (1) S-1 (1) S1 (1) S2 (1) S3 (1) Sains (1) Sarjana (1) SBI (1) SD (5) Sejarah (3) Sekolah Hijau (1) Sepakbola (2) sepeda (1) Situs (1) SMA (17) SMA Kebon Tebu (1) SMAN 1 Malang (1) sman tumpang (3) SMANETA (10) Smansa (1) SMK (1) SMKN Turen (1) SMP (4) SNMPTN (2) SNMPTN Online (1) soeharto (1) STT Telkom (1) sugeng hadiono (1) Sukoanyar (1) Surabaya (1) Tahun 2013 (1) Tahun Baru (1) Taiwan (1) Tawuran (1) teknologi (3) Tes Online (1) Tips (5) Tomik HS (1) Trik (1) Try Out Online (1) Tulus Ayu (1) Tumpang (2) UAN (2) UASBN (1) UGM (2) UI (1) Ujian (2) Ujian Akhir Nasional (1) Ujian Nasional (5) Ujian Nasional 2010 (1) Ujian Nasional 2011 (1) Ujian Nasional 2012 (1) UM (1) UMB (1) UN (7) UN 2010 (5) UN 2012 (1) Universitas (1) Universitas Brawijaya (1) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (1) Universitas Paramadina (1) UNS Solo (1) Virus (1) wafat (1) Wakil Gubernur (1) website (2) Wendit Water park (1) Wisata (2) wisnuwardhana-narasinghamurti (1) www.smantumpang.com (1)

Arsip Tulisan

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!