Takut atau trauma pergi ke sekolah karena mengalami teror terhadap sesuatu yang dikenal sebagai bullying dialami Novia Yuma Shanti, siswi kelas 1 SMA 70, Bulungan Jakarta.
Hanya gara-gara tidak memakai singlet (kaus dalam), Novia atau akrab disapa Vhia, diintimidasi oleh tiga seniornya yang duduk di bangku kelas 3 SMA. Bahkan, Vhia sempat mendapat kekerasan dari seniornya, berinisial E, D, A yang merupakan anggota cheers dance.
“Kejadiannya Rabu kemarin siang, pas saya ke kantin,” kata Vhia, Jumat (2/4).
Salah seorang senior berinisial E kemudian menghardiknya dengan ketus. “Eh, kenapa kamu nggak pake singlet? Bra kamu kelihatan tuh,” kata Vhia menirukan ucapan salah seorang seniornya.
Vhia kemudian mencoba menjelaskan alasannya. Namun, senior E menyuruh Vhia menunduk lalu ia memukul kepala bagian belakang Vhia dengan telapak tangan E sambil terus memarahi Vhia. E kemudian mencubit bahu Vhia. Lebih jauh senior D ikut menendang perut Vhia saat ia disuruh jongkok.
“Terus saya disuruh nggak boleh pakai Bra ataupun singlet selama satu tahun,” urainya.
Aturan memakai singlet sendiri, kata Vhia, tidak dikeluarkan pihak sekolah. Aturan itu ditetapkan oleh senior saat juniornya menjalani Masa Orientasi Sekolah (MOS) hingga berlanjut ke kelas dua. Semasa MOS, para senior SMA 70 memang menerapkan aturan bagi junior-juniornya. Di antaranya rambut tidak boleh digerai, baju dan rok harus longgar, tas harus ransel dan sepatu harus berjenis kets.
Atas kejadian itu, Ibunda Vhia, Rima, melapor ke polisi dengan tuduhan tindakan kekerasan yang dijerat Pasal 80 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
“Vhia hampir trauma dan tidak mau pergi ke sekolahnya karena takut diculik sama mereka kalau pas pulang sekolah,” paparnya.
Komnas Anak
Banyaknya kasus bullying di sekolah membuat Komnas Perlindungan Anak prihatin. Komnas Anak mendesak pihak sekolah lebih peduli dan menjaga murid-muridnya.
“Banyak pihak sekolah tidak peduli kasus bullying ini. Padahal, dampaknya bagi anak sangat besar,” kata Seto Mulyadi, Ketua Komnas Perlindungan Anak, Sabtu (3/4).
Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto ini, korban bullying biasanya mengalami trauma yang berkepanjangan.
***
sumber: surya online
0 comments:
Posting Komentar