Cuma dengan Syarat Surat Keterangan Miskin
Program kuliah gratis yang diwadahi pemerintah melalui ‘beasiswa bidik misi’ kebanjiran peminat. Klaim dari Universitas Negeri Malang (UM), sudah ada lebih dari 800 siswa yang mendaftar program ini.
“Padahal, kuota yang ada di kampus kami hanya untuk 450 anak,” ujar Kusmintardjo, Pembantu Rektor bidang akademik UM, Senin (1/3).
Kusmintardjo menambahkan, angka pendaftar masih bisa membengkak lagi, karena masa pendaftaran baru akan ditutup Jumat (5/3) mendatang. Untuk itu, tambahnya, akan ada banyak pendaftar yang tereliminasi karena kuota yang tak memadai.
Sayangnya, sistem penyisihan yang digunakan UM nanti adalah dengan melihat latar belakang ekonomi siswa, bukan kecerdasannya. Meski, Kusmintardjo mengakui, data kemiskinan bisa lebih mudah ‘dibuat’ daripada nilai rapor, karena hanya mengandalkan surat keterangan dari Ketua RT hingga Kelurahan.
Apalagi, pihak UM juga tidak akan menerjunkan surveyor guna melihat kondisi kemiskinan masing-masing pelamar. “Kebijakan itu sudah diatur dalam petunjuk teknis dari pusat. Yang lebih miskin, lebih dapat prioritas,” tegasnya.
Pihak UM, sambung pengajar dari Fakultas Ilmu Kependidikan ini, juga bisa dibilang nyaris mustahil untuk mengadakan tes demi melihat siapa yang lebih pantas mendapatkan beasiswa ini. Ia berdalih, hal itu memerlukan dana yang tak sedikit.
“Taruhlah ada yang ketahuan memberikan data palsu, penerima beasiswa akan langsung kami drop-out,” janji Kusmintardjo.
Selain sistem eliminasi, kebijakan lain beasiswa ini juga dianggap tidak adil bagi calon pelamar. Kebijakan tersebut adalah mewajibkan pelamar menduduki peringkat 25 persen terbaik di kelas, bukan sekolah atau paralel.
Menanggapi hal ini, Kusmintardjo beralasan, UM menggunakan sistem ini karena banyak sekolah yang malas menilai siswa secara paralel. “Tahun lalu, kami menggunakan kebijakan terbaik sistem paralel. Tapi sekolah kebingungan, karena mereka tidak punya datanya,” ucapnya.
***
sumber: surya.co.id
0 comments:
Posting Komentar