Kemendiknas menggagas pemberlakuan sistem nomor induk siswa nasional. Dengan sistem itu, data siswa seluruh Indonesia dapat diketahui dan di-update. Hal itu mempermudah pelaksanaan berbagai program pendidikan, terutama pemberian bantuan kepada siswa. Misalnya, biaya operasional sekolah (BOS).
Mendiknas M. Nuh mengatakan, sebenarnya nomor induk siswa sudah ada mulai SD hingga SMA. Namun, sistem tersebut belum terintegrasi hingga perguruan tinggi. ''Kami tidak tahu berapa jumlah siswa kita yang melanjutkan ke perguruan tinggi dan berapa siswa kita yang putus sekolah," terang Nuh.
Mantan rektor ITS itu menjelaskan, saat ini angka partisipasi murni (APM) siswa SD kurang lima persen. Dia menyebut, saat ini masih ada 1,7 persen siswa SD yang putus sekolah. Sedangkan siswa SD yang melanjutkan ke SMP baru 90 persen. "Berarti masih ada 10 persen siswa SD yang tidak melanjutkan ke SMP," terangnya.
Bukan hanya itu. Ada disparitas siswa SD yang melanjutkan ke SMP antara di kabupaten dan kota. Tingkat disparitas itu mencapai 20 persen. Sedangkan APM siswa SMP yang meneruskan studi ke SMA baru 73 persen. Juga terjadi disparitas yang lebih tinggi siswa yang melanjutkan pendidikan dari SMP ke SMA antara kabupaten dan kota. Tingkat disparitasnya mencapai 30 persen. "Kesenjangan-kesenjangan inilah yang akan kami atasi," terang Nuh.
Salah satunya, kata Nuh, pembuatan sistem nomor induk siswa nasional. Dengan sistem itu, dapat diketahui secara menyeluruh jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan ke SMP hingga perguruan tinggi. Selain itu, nomor tersebut bisa dipakai sebagai data program penerima BOS.
***
sumber: jawapos.co.id
0 comments:
Posting Komentar