Para ilmuwan terkemuka kini sepakat bahwa di masa mendatang bumi akan menghadapi badai yang semakin kuat, meskipun frekuensinya menurun, akibat pemanasan global. Kesepahaman itu menuntaskan perdebatan ilmiah tentang dampak pemanasan global, tetapi mereka mengatakan belum cukup bukti untuk menyatakan apakah efek itu telah dimulai.
Beberapa saat sebelum Badai Katrina meluluhlantakkan Louisiana dan Mississippi pada 2005, berbagai makalah ilmiah memperdebatkan apakah pemanasan global memperburuk badai dan perkembangannya di masa depan. Studi anyar itu tampaknya membagi perbedaan tersebut.
Sebuah dewan khusus World Meteorological Organization yang terdiri dari 10 pakar badai dan perubahan iklim, termasuk ilmuwan dari kedua sisi, mencapai sebuah konsensus yang dipubliasikan dalam jurnal Nature Geoscience, Minggu.
“Banyak pengetahuan yang telah kami peroleh dalam dua tahun terakhir ini tentang isu iklim dan badai,” kata Chris Landsea, pakar badai National Oceanic and Atmospheric Administration, penulis makalah itu.
Istilah teknis untuk badai semacam itu adalah topan tropis, namun di Atlantik angin ribut itu disebut hurikan, atau puting beliung.
Studi itu menawarkan proyeksi topan tropis di seluruh dunia sampai akhir abad ini. Beberapa pakar mengatakan lebih banyak kabar buruk dibanding kabar baik. Secara keseluruhan kekuatan badai yang diukur dalam kecepatan angin akan meningkat 2 hingga 11 persen, tapi jumlah badai menurun antara 6-34 persen. Para pakar memperkirakan badai sedang dan lemah akan semakin sedikit, namun jumlah badai besar yang bersifat merusak akan semakin meningkat, begitu juga kekuatannya.
Kenaikan kecepatan angin 11 persen diterjemahkan menjadi peningkatan daya rusak hingga 60 persen, kata Kerry Emanuel, dosen meteorologi di MIT, yang juga terlibat dalam studi tersebut. Badai juga akan membawa lebih banyak hujan, indikator kerusakan lain.
***
sumber: tempointeraktif.com
0 comments:
Posting Komentar