Tren bahasa alay terus
merebak. Tak hanya di kalangan anak muda, tetapi juga di antara orang dewasa.
Bahasa pergaulan yang mulai populer tahun 2009 ini pun masih sajangetren sampai
saat ini dalam berbagai variasi. Bahasa ini makin masif karena media massa
memopulerkannya lewat iklan dan tayangan-tayangan.
Menanggapi fenomena ini, Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Mahsun,
tak ambil pusing. Bahasa gaul anak muda ini tidak dinilainya sebagai suatu
permasalahan yang besar.
"Tidak apa-apa, biarkan saja!" katanya
kepada Kompas.com sambil
tertawa di Jakarta, Kamis lalu.
Bahasa alay, lanjutnya, tak akan bertahan lama. Menurut Mahsun,
tren ini hanya akan berkembang dalam rentang waktu terbatas saja dan tidak akan
berefek buruk jika anak dan remaja tahu tentang posisi bahasa alay yang
sebenarnya.
"Biarlah untuk sesaat dan hanya untuk
kepentingan pergaulan anak muda. Selama kita dapat menumbuhkan kesadaran bahwa
bahasa alay juga
merupakan bagian dari varian bahasa kita, mereka pun tahu caranya berbahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai tempatnya," terang Mahsun dengan
santai.
Menurutnya, sehebat apa pun bahasa di dunia pasti
memiliki keberagaman, baik itu jenis, idiom, maupun tata bahasanya. Bahkan,
setiap bahasa akan terus mengalami perkembangan dan perubahan. Hanya, para ahli
bersepakat untuk memiliki satu standar bahasa yang nantinya dapat digunakan
oleh suatu masyarakat tertentu. Dengan demikian, bahasa tersebut menjadi satu
bahasa yang dimengerti banyak orang sehingga pesan satu sama lain dapat
tersampaikan.
"Jadi, tidak bisa dihindari hal seperti itu.
Tinggal kita tahu menempatkan posisi berkomunikasi seperti apa? Menjaga supaya
tidak seenaknya berbahasa, juga menjaga pertumbuhan bahasa biar tidak
liar," ujarnya lagi.
Mahsun menambahkan, masyarakat dan medialah yang
justru memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam menjaga standar bahasa yang
sudah dimiliki. Masyarakat dapat membantu pemeliharaan bahasa dengan memeragakan
penggunaan bahasa yang baik dan benar. Media pun dapat menjaga sajian bahasa
lisan maupun tulisannya dengan benar.
***
sumber: kompas.com
0 comments:
Posting Komentar