Selasa, 01 Januari 2008


Dear Rekans,
Berikut tulisan menarik yang saya ambil dari milis tetangga.
Semoga berkenan, dan bisa menjadi renungan di awal tahun.



Salam,
Kusti Ariyah
(Alumni SMAN Tumpang, tinggal di Jerman)

------------------------------------------------------------------------

Jadikan Dirimu Sendiri yang Terbaik!
Bondan Winarno *)


Tiba-tiba saya menyesali keputusan untuk melewatkan pergantian tahun di tepi pantai indah di Bali. Makanan lezat dan minuman mewah tak berhenti mengalir. Musik lembut mengalun ditingkahi debur ombak. Perempuan gemerlap dan laki-laki wangi bercanda ria di sekitar.

Tiga tahun yang lalu, pergantian tahun juga saya rayakan di lingkungan laut. Bedanya, ketika itu kami berada di geladak sebuah kapal perang, dalam perjalanan menuju Meulaboh, sebuah kota yang telah luluh lantak digempur tsunami. Ada sense of mission yang tebal di dada kami ketika itu. Tidak ada yang menyuruh saya berangkat ke Aceh, kecuali hati nurani sendiri.
Barangkali saya memang tidak sendiri terusik oleh perasaan seperti itu, begitu hibur saya. Perasaan penyesalan telah menikmati sesuatu ketika sebagian besar warga bangsa kita tengah menderita dan putus asa. Saya menuntut kesetaraan, tetapi mengapa saat ini saya menjadi bagian dari ketidaksetaraan? Saya tiba-tiba merasa tidak solider dengan amanat penderitaan rakyat.
Hilangnya kerelawanan

Barangkali, memang itulah elan vital yang telah hilang dari nurani kita. Gotong royong! Ke mana perginya dia? Kenapa kita semakin individualistis dan materialistis? Ke mana sikap dasar kerelawanan bangsa kita mengungsi?

Mana mungkin kegotongroyongan dan kerelawanan hidup di negeri yang melihat semakin lebarnya jurang antara kemiskinan dan kelimpahmewahan? Bukankah kegotongroyongan dan kerelawanan merupakan basis dari kesetaraan?

Ki Hajar Dewantara pernah berkata, "Tak mungkin akan tercipta kesetaraan bila elite tidak mencerminkan peradaban". Mungkin kalimat itu sebenarnya hanya sepenggal dari kalimat yang lengkapnya justru tidak diucapkannya. Bahwa bangsa yang beradab adalah bila elitenya juga beradab dan terdidik. Dengan kalimat lain yang lebih tidak sopan: elite yang tidak terdidik dan tidak mencerahkan justru menimbulkan kegelapan.

Kita berangsur-angsur telah menjadi bangsa yang sangat beragama. Tetapi, mengapa agama-agama yang indah itu ternyata juga gagal membangun karakter bangsa? Mengapa Departemen Agama justru merupakan salah satu sarang korupsi terbesar? Menurut saya, yang salah bukan agama. Yang salah adalah insan-insan yang bersembunyi di balik lembaga agama dan alpa bahwa tidak ada lembaga yang baik bila unsur-unsurnya tidak baik.

Lihat saja posisi kita di Indeks Pembangunan Manusia. Jelas sekali tampak bahwa kualitas kita sebagai sumber daya manusia secara rata-rata jauh tertinggal di belakang warga negara tetangga kita. Mana mungkin kita jadi bangsa yang unggul bila kita masing-masing ternyata adalah sumber daya manusia yang tidak terpilih?

Jangan tunggu pemerintah

Saya sungguh tidak menyebarkan sikap antipemerintah. Saya hanya ingin mengajak kita semua realistis menyikapi keadaan. Di alam modern, peran pemerintah memang harus menjadi semakin kecil karena masyarakat sudah mampu mengurus diri sendiri. Acap kali kita mengecilkan peran dan kemampuan swadaya masyarakat, lalu menyerahkan urusan-urusan yang sebetulnya urusan kita kepada pemerintah. Pemerintah sendiri sering tidak menyadari hakikat modern ini, dan merebut urusan masyarakat untuk diatur-atur.

Reformasi telah mengubah kita semua menjadi demokrat. Dalam alam demokrasi yang baru, kita telah memilih wakil rakyat di parlemen, presiden, gubernur, bupati, wali kota, bahkan lurah kita masing-masing. Tetapi, apa manfaatnya semua itu bagi kita? Apakah hidup kita telah menjadi lebih baik dengan kehadiran orang-orang yang kita pilih secara demokratis itu?

Kita telah membiarkan diri terjebak dalam prahara politik, dan karena itu kita telah kehilangan peluang untuk menentukan nasib kita sendiri. Mengapa kita biarkan kesejahteraan kita merosot? Mengapa kita izinkan kondisi keamanan dan ketertiban kita memburuk? Mengapa kita malah ikut serta dalam sistem yang membuat biaya pendidikan terus meroket?

Sangat boleh jadi kesalahannya terletak pada diri kita sendiri. Kita mengharap terlalu banyak dari pemerintah dan kaum elite politik, serta tidak melakukan apa-apa terhadap diri sendiri. Kita tidak pernah mencocokkan apakah kita sudah tiba pada titik yang kita ingini dalam roadmap pribadi kita. Atau, jangan-jangan malah kita tidak punya roadmap pribadi itu. Kita terlalu pasrah menunggu sampai pemerintah mengubah nasib kita. Kalau pemerintah yang sekarang belum mampu, mungkin pemerintah yang akan datang bakal mampu mengubah nasib kita. Lha, bagaimana kalau tidak?

Jangan bermimpi, Saudaraku. Rebut kembali nasib Anda. Be your best! Tuntut dirimu sendiri menjadi yang terbaik. Gembleng dan kembangkan dirimu menjadi yang paling unggul. Jangan tunggu orang lain mengubah nasibmu. Nasib kita hanya ditentukan oleh diri kita sendiri, seberapa hebat kita tampil di kancah persaingan. Jangan tunggu pemerintah memperbaiki sistem pendidikan karena kita berkemampuan mendidik diri kita sendiri. Jangan tunggu pemerintah membasmi korupsi karena kita sendiri dapat mulai menjadi sel antikorupsi.

Be your best! Ya, itulah barangkali dogma (code of belief) yang perlu menjadi resolusi kita semua dalam memasuki tahun 2008 yang penuh tantangan. Pupuk kembali elan vital diri pribadi, dan bersama-sama membangun kembali karakter bangsa. Visi bangsa ini jangan hanya memakai ukuran-ukuran ekonomi, tetapi juga memakai ukuran spiritual. Elemen-elemen keadilan, keramahtamahan, dan kegotongroyongan harus menjadi bagian dari visi kesejahteraan, keamanan, dan kestabilan.
Be your best! Kalau Anda sekarang jadi tukang sapu, jadilah tukang sapu yang terbaik. Kalau hari ini Anda menjadi pengemudi taksi, jadilah pengemudi taksi yang terbaik pula. Jangan dong kita hanya bisa menuntut seorang presiden yang hebat kalau sebagai akuntan saja ternyata kita masih bersedia disuruh membuat pembukuan ganda dan mengemplang pajak.

Jadilah lilin di tengah kegelapan. Jadilah lilin yang mencerahkan. Biarlah angin dan badai berembus, asal kita mampu terus menyala. Karena, kalau kita tidak menyala, kita akan mati.
Lamat-lamat, terdengar musik lembut di benak saya. Liriknya ditulis oleh Bernie Taupin. Musiknya oleh Elton John. …Like a candle in the wind/ Never knowing who to cling to/ When the rain set in….
Selamat Tahun Baru, Saudara. Semoga 2008 bawa berkat.


** Bondan Winarno - Tukang Makan, Tinggal di Pinggiran Bogor




0 comments:

Labels

Alumni (21) Amerika Serikat (1) Angkatan 1995 (1) Anti Korupsi (1) Arab Saudi (1) Arema Malang (1) Artikel (8) ASEAN (1) ay kusnadi (1) Ayusta (1) Bahasa (2) Balitjestro 2008 (1) Bandung (1) Bank Mandiri (1) Bantuan Operasional Sekolah (1) barongan (1) Basketball (1) bca (1) Beasiswa (19) Berita (3) berita duka (1) BHMN (1) Bimbel (1) Biodiversity (1) Bisnis (1) bisnis online (1) Blog (5) bondan winarno (1) BOS (3) Buku (1) Buku Paket (1) Bulan Bahasa (1) Bullying (1) Bursa Kerja (1) Candi Kidal (1) Class Meeting (1) Dee (1) dollar gratis (1) Dumpul (1) dunia maya (1) Ekstrakurikuler (5) Facebook (2) Fair Play (1) Fisika (1) Friendster (1) Futsal (1) gado gado (1) Global Warming (1) Google (1) Gunung Tabor (1) Guru (10) Gus Dur (1) HUT ke-30 (1) IKAPALA (1) imam gozali (1) Inggris (1) Inspirasi (1) Internet (1) IPB (1) Iptek (3) Istana Negara (2) ITB (1) Jabodetabek (1) Jambi (1) Jawa Timur (4) Jepang (1) jerman (3) Jeru (1) Jilu (1) Jombang (1) Jusuf Kalla (1) Kabupaten Malang (4) kampus (1) karir.com (1) Kegiatan (1) Kelas A4 (1) Kelas XII (1) Kemendikbud (3) Kemendiknas (1) Kemneterian Pendidikan dan Kebudayaan (1) Kepala Sekolah (1) Kesehatan (3) KH. Abdurrahman Wahid (1) Kiat Jitu (1) Komik (1) Komunitas (1) kosmetika (1) Kota Batu (1) Kota Malang (5) Kuliah (1) kuliner (1) kusti (2) launching (1) Lingkungan (1) LIPI (1) Lowongan (1) Lulusan 2008 (1) M. Nuh (1) Mahasiswa (2) Mahasiswa Baru (2) Mahkamah Konstitusi (1) maknyus (1) Malang (3) Malang Raya (1) Malangsuko (1) Malaysia (1) Matematika (1) Mendiknas (1) Mendit (1) Menkominfo (1) Menulis (2) Menulis Ilmiah (1) Minat Baca (1) Motto Kelas (1) nDangdut (1) Nostalgia (2) Otonomi Daerah (1) Pahlawan Nasional (1) pak temun (1) Pancasila (1) panggung terbuka (1) Pelajar (1) Pelajaran (1) Pemerintah (1) Pendidikan (11) Pendidikan Nasional (6) Penelitian Ilmiah Remaja (2) Perbankan (1) Perguruan Tinggi (3) Perguruan Tinggi Swasta (2) Permen Karet (1) Pertamina (2) Pilkada (1) PMP (1) PMR (1) Pornografi (1) pramuka (2) Precet (1) Profil (2) PTN (3) PTS (1) Redaksi (1) remaja (2) reuni (5) Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (3) Riset (1) RSBI (4) Rujak Cingur (1) S-1 (1) S1 (1) S2 (1) S3 (1) Sains (1) Sarjana (1) SBI (1) SD (5) Sejarah (3) Sekolah Hijau (1) Sepakbola (2) sepeda (1) Situs (1) SMA (17) SMA Kebon Tebu (1) SMAN 1 Malang (1) sman tumpang (3) SMANETA (10) Smansa (1) SMK (1) SMKN Turen (1) SMP (4) SNMPTN (2) SNMPTN Online (1) soeharto (1) STT Telkom (1) sugeng hadiono (1) Sukoanyar (1) Surabaya (1) Tahun 2013 (1) Tahun Baru (1) Taiwan (1) Tawuran (1) teknologi (3) Tes Online (1) Tips (5) Tomik HS (1) Trik (1) Try Out Online (1) Tulus Ayu (1) Tumpang (2) UAN (2) UASBN (1) UGM (2) UI (1) Ujian (2) Ujian Akhir Nasional (1) Ujian Nasional (5) Ujian Nasional 2010 (1) Ujian Nasional 2011 (1) Ujian Nasional 2012 (1) UM (1) UMB (1) UN (7) UN 2010 (5) UN 2012 (1) Universitas (1) Universitas Brawijaya (1) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (1) Universitas Paramadina (1) UNS Solo (1) Virus (1) wafat (1) Wakil Gubernur (1) website (2) Wendit Water park (1) Wisata (2) wisnuwardhana-narasinghamurti (1) www.smantumpang.com (1)

Arsip Tulisan

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!