Saat penulis gabung dengan milist SMANTUMPANG, penulis jadi kangen dengan cerita saat sekolah dulu apalagi members milist saling cerita tentang guru, lokasi, Ikapala & juga pengalaman masing-masing.
Penulis jadi teringat saat kelas 1 bersama 8 teman lainnya : Nawi, Cemot, Aan, Amin, Gowang, Wanti, Mincu & Sofi, pernah dihukum nulis tata tertib sekolah di buku tulis sebanyak 100 (seratus) kali dan membacanya muter lapangan tengah sekolah (sekarang jadi bangunan baru/aula) di bawah panas terik pada keesokan harinya, gara-gara pulang sebelum waktunya & ‘mrobos pagar lagi’. Dulu pagarnya masih kawat berduri yang dengan mudahnya dibuka, bahkan oleh teman-teman cewek. Sekarang…. gak bisa bung…! Pagar SMA-ku begitu kokoh yang mustahil dibrobos, dilompati or ditembus oleh maling apalagi desertir2 kecil amatiran kayak kami-kami dulu.
Dasar nakalnya anak-anak saat itu, disuruh nulis tata tertib sekolah 100 kali, yang ditulis dengan benar paling cuman di bawah 10, soalnya yang lain merupakan tindasan pake karbon bolak balik rangkap 4. Yang berarti sekali nulis untuk 8 tata tertib: 1 asli, 3 salinan bisa dibaca langsung sedang 4 salinan lainnya hanya bisa dibaca dengan cermin, karena tulisannya terbalik he..he.. maaf pak guru….
Makanya dengan semakin bertambahnya umur SMA kita semua, penulis berharap desertir-desertir kecil sudah tidak ada lagi, namun berganti munculnya inovator-inovator baru yang (nantinya akan) semakin menambah majunya SMA yang kita cintai.
Minggu kemarin, penulis sempatkan buat melihat-lihat jalanan & kondisi SMA Negeri Tumpang yang sekarang sudah disebut SMU Negeri 1 Tumpang… (penulis masih bingung karena SMU 2-nya belum tau dimana ? Atau, karena kuper aja paling ya….)
Seperti kata teman2 di milist, sekolah kita banyak sekali berubah mulai dari tata letak ruangan, adanya bangunan baru, situasi sekitar dan lain-lain. Penulis ingat dulu ada warung pangsit & bakso di depan sekolah dekat dengan kantor Bina Marga tempat mangkalnya murid-murid saat istirahat, sekarang sudah berganti dengan BTS salah satu operator telepon seluler (punya XL paling ya…!? .... salah or bener klarifikasi ya …).
Mungkin ada benarnya juga, biar murid-murid nggak keluar sekolah saat istirahat & adanya BTS bisa meningkatkan layanan komunikasi di antara guru, pengurus sekolah, murid2 dan orang-orang lain yang berkepentingan.
Namun ada yang patut disayangkan karena papan nama eskul yang jadi kebanggaan anggotanya masih banyak yang belum terpampang, padahal penulis yakin kalau saat ini eskul-nya tentu lebih banyak daripada saat penulis sekolah dulu. Juga dengan WITA (Mas Prie sebagai motornya di awal-awal berdirinya …. prihatin Mas kalo lihat foto ruang redaksinya …)
Beberapa gambar berikut mungkin bisa menjadi kenangan bagi teman-teman sekalian, pembaca ataupun members milist SMAN TUMPANG dan juga orang lain yang concern dengan kemajuan SMU Negeri Tumpang Kabupaten Malang, supaya tidak lagi dikenal sebagai SMU di tengah kebon tebu.
Penulis jadi teringat saat kelas 1 bersama 8 teman lainnya : Nawi, Cemot, Aan, Amin, Gowang, Wanti, Mincu & Sofi, pernah dihukum nulis tata tertib sekolah di buku tulis sebanyak 100 (seratus) kali dan membacanya muter lapangan tengah sekolah (sekarang jadi bangunan baru/aula) di bawah panas terik pada keesokan harinya, gara-gara pulang sebelum waktunya & ‘mrobos pagar lagi’. Dulu pagarnya masih kawat berduri yang dengan mudahnya dibuka, bahkan oleh teman-teman cewek. Sekarang…. gak bisa bung…! Pagar SMA-ku begitu kokoh yang mustahil dibrobos, dilompati or ditembus oleh maling apalagi desertir2 kecil amatiran kayak kami-kami dulu.
Dasar nakalnya anak-anak saat itu, disuruh nulis tata tertib sekolah 100 kali, yang ditulis dengan benar paling cuman di bawah 10, soalnya yang lain merupakan tindasan pake karbon bolak balik rangkap 4. Yang berarti sekali nulis untuk 8 tata tertib: 1 asli, 3 salinan bisa dibaca langsung sedang 4 salinan lainnya hanya bisa dibaca dengan cermin, karena tulisannya terbalik he..he.. maaf pak guru….
Makanya dengan semakin bertambahnya umur SMA kita semua, penulis berharap desertir-desertir kecil sudah tidak ada lagi, namun berganti munculnya inovator-inovator baru yang (nantinya akan) semakin menambah majunya SMA yang kita cintai.
Minggu kemarin, penulis sempatkan buat melihat-lihat jalanan & kondisi SMA Negeri Tumpang yang sekarang sudah disebut SMU Negeri 1 Tumpang… (penulis masih bingung karena SMU 2-nya belum tau dimana ? Atau, karena kuper aja paling ya….)
Seperti kata teman2 di milist, sekolah kita banyak sekali berubah mulai dari tata letak ruangan, adanya bangunan baru, situasi sekitar dan lain-lain. Penulis ingat dulu ada warung pangsit & bakso di depan sekolah dekat dengan kantor Bina Marga tempat mangkalnya murid-murid saat istirahat, sekarang sudah berganti dengan BTS salah satu operator telepon seluler (punya XL paling ya…!? .... salah or bener klarifikasi ya …).
Mungkin ada benarnya juga, biar murid-murid nggak keluar sekolah saat istirahat & adanya BTS bisa meningkatkan layanan komunikasi di antara guru, pengurus sekolah, murid2 dan orang-orang lain yang berkepentingan.
Namun ada yang patut disayangkan karena papan nama eskul yang jadi kebanggaan anggotanya masih banyak yang belum terpampang, padahal penulis yakin kalau saat ini eskul-nya tentu lebih banyak daripada saat penulis sekolah dulu. Juga dengan WITA (Mas Prie sebagai motornya di awal-awal berdirinya …. prihatin Mas kalo lihat foto ruang redaksinya …)
Beberapa gambar berikut mungkin bisa menjadi kenangan bagi teman-teman sekalian, pembaca ataupun members milist SMAN TUMPANG dan juga orang lain yang concern dengan kemajuan SMU Negeri Tumpang Kabupaten Malang, supaya tidak lagi dikenal sebagai SMU di tengah kebon tebu.
***
-(Ayusta, alumni 1988)-
-(Ayusta, alumni 1988)-
0 comments:
Posting Komentar